Halaman

18 Des 2010

Meredam Komplain


Apakah Anda pernah merasa kesal karena pelayanan yang kurang memuaskan? Saya yakin sebagian besar dari kita pernah mengeluhkan masalah pelayanan yang dirasa kurang pas di hati.

Selanjutnya, apakah Anda akan secara terus terang menyampaikan keluhan kepada pihak yang membuat Anda kecewa? Saya yakin, jumlah orang yang mau menyampaikan komplain secara terbuka langsung kepada pihak yang bersangkutan hanyalah beberapa saja. Mayoritas akan memilih tetap diam, menelan sendiri pengalaman pahit dari pelayanan tidak memuaskan, untuk kemudian pergi dan hilanglah satu orang pelanggan.

Kalau ditanya, mengapa lebih banyak konsumen kecewa yang memilih diam, alasannya tentu beragam. Mulai dari tidak tahu harus kemana menyampaikan keluhan, malas berhadapan dengan birokrasi berkepanjangan dengan hasil akhir tidak jelas, tidak mau menghabiskan waktu untuk ribut, sampai alasan pesimis bahwa si pelanggan yakin keluhannya tidak akan berbalas dan hanya dianggap angin lalu. Semua opini tersebut tidaklah salah karena kenyataannya memang masih banyak sekali perusahaan yang tidak memiliki skema penanganan komplain yang baik.

Saya sendiri sebenarnya termasuk orang yang jarang komplain. Namun, hal berbeda terjadi tadi malam ketika saya merasa kecewa dengan pelayanan yang diberikan taksi Blue Bird. Ya, taksi dengan citra baik yang sudah tidak diragukan lagi kredibilitasnya. Ah tidak, saya tidak akan menjabarkan apa yang saya keluhkan karena permasalahannya pun sudah saya anggap selesai. Saya hanya akan menceritakan proses komplainnya saja.

Saya sebagai pelanggan taksi Blue Bird tiba-tiba merasa emosi karena pelayanan yang mengecewakan (menurut saya). Lalu saya coba mencari account @bluebirdgroup di twitter, dan dari timeline disanalah saya mendapatkan alamat email untuk menyampaikan keluhan. Langsung saat itu juga saya menulis email mengenai komplain saya supaya mereka tahu bahwa armadanya ada yang mengecewakan saya. Pada saat itu, saya tidak berharap apa-apa, saya hanya butuh media penyaluran kekecewaan saja. Saya sebagai pelanggan ingin Blue Bird mampu memperbaiki kualitasnya karena bagaimana pun armadanya telah mengantarkan saya hampir setiap hari.

Saya mengirim email pukul 20.00 WIB. Dan alangkah terkejutnya saya ketika email saya ternyata langsung direspon pada pukul 21.30 WIB oleh sang Customer Service Supervisor. Email saya memang ditanggapi secara diplomatis, tetapi sudah cukuplah itu menyenangkan saya, bahwa saya sudah memilih jalur yang benar untuk menyampaikan keluhan dan tepat sasaran. Salut juga untuk Blue Bird yang mampu memberikan respon positif dalam waktu cukup singkat. Ya, emosi saya seketika menghilang ketika membaca email balasan dan saya berani jamin bahwa saya masih akan terus menggunakan jasa Blue Bird.

Pengalaman ini mengajarkan saya beberapa hal. Pertama, sebagai konsumen, sebaiknya kita mengutarakan saja ketidakpuasan kita terhadap pelayanan yang kita anggap kurang sesuai dengan cara yang sopan. Terserah si perusahaan, bagaimana nantinya dia akan memperbaiki layanan, tetapi setidaknya kita sudah berusaha memberi saran positif untuk membantu perusahaan menentukan tingkat harapan konsumen.

Kedua, perusahaan yang menerima komplain sebaiknya dapat memberikan respon secara cepat, paling tidak untuk meredam emosi konsumen. Walaupun tidak langsung memberikan hasil akhir yang memuaskan konsumen, minimal ada usaha untuk meredam komplain supaya tidak semakin menjadi. Sungguh tidak bijak apabila masih ada perusahaan yang belum sadar bahwa komplain yang terabaikan dapat menimbulkan masalah besar di kemudian hari. Apalagi didukung semakin besarnya peranan social media yang membukakan jalur lebih banyak bagi konsumen untuk menyampaikan ketidakpuasannya.

Oh ya, kalau ada yang punya keluhan yang sama kepada Blue Bird, mungkin Anda bisa mencoba langkah saya dengan mengirimkan email ke customercare@bluebirdgroup.com

15 Des 2010

Random Things



My best friend @dancing_Que3N was tagging me to do this game via Facebook notes more than a year ago. But, I didn’t do it until now when I’m willing to do. Sorry :p So, I’m going to write 25 random things, facts, habits, or goals about me. Actually, this is the way how well I know about myself ^_^



1. I love my family.

2. I like to read novel so much. My favorite novel from Indonesia is Supernova series from Dewi Lestari. Right now, I like Vampire Academy series by Richelle Mead.

3. I like watching DVD series in my spare time, both it is Western or Asian ^_^

4. Love yoga and swimming.

5. I do care all about my best friend, but I never really close to them. That’s weird.

6. Instead of going to the beach, I’d rather go to mountain for vacation.

7. Driving my car alone around the city in the night just to watch the city lights is my sanctuary.

8. Interested in music and dance as a hobby.

9. I’ve got car crashed on a freeway just a week before final exam to get my bachelor degree.

10. Love to eat apple.

11. I was 7 years old when I’ve fallen from 2nd floor balcony in my backyard. Thanks God I’m still alive :)

12. I’m always craving for dimsum, siomay and pempek.

13. Believe it or not, I’ve become the best student at the first rank. But the next trimester, I’ve fallen to the bottom ranks of 30 among 40 students when I was in 2nd grade senior high school. I’m shocked and don’t stop crying for a week.

14. I like to write.

15. I wish I could go mourn someone who once I loved in Yogyakarta.

16. I take ‘asam bulat’ as snack even if my Mom always angry ‘coz that’s not good for my teeth.

17. Mostly I’m cheerful, but sometimes I can be just cold. I think that’s the best way to hide my true feelings.

18. I never, even it’s just trying, to smoke or drink alcohol.

19. I like Lightning McQueen character in Cars movie.

20. Small paradise for me is when I can lay down in the sofa while watching DVD on Saturday morning.

21. In the next 5 years, I’m wishing to do Hajj trip with my husband. Amien ^_^

22. The best comic I’ve ever read is Swan 1-21 by Kyoko Ariyoshi.

23. Easily sleep when the car is running, whether it's in private car or public transportation.

24. I like Independence Day movie just because we could beat the aliens down on 4th July, which is my birthday.

25. I hope to one day I will living abroad ^_^


14 Des 2010

Dear You

It's almost 2 years since you passed away.
I feel sad for what happened to you.
I feel sad for what happened to us.


I am questioning myself for all this time.

Is it because of me?

Is that too hard to you to accept my decision?


You smiled the last time we met.
Told me that you were fine.

But I know you've got heartache deep down inside.


You were waiting 6 months after I was married.
Ensure that I'm happy.

Then you left.


Nothing I can say or do to change the past.
I just could say sorry to you.

Sorry that I don't regret what I decide.

Sorry that I don't chose you to live with.

Sorry that this is the time.


I will let you off.

13 Des 2010

don't get it


I just don't get it, how someone who has problem could stay focused on work, even with satisfactory results.


21 Nov 2010

Experiencing Onrop! Musikal

Semalam akhirnya saya menonton Onrop! Musikal. Tiketnya sudah saya beli sejak satu bulan yang lalu, padahal saya sama sekali tidak punya gambaran tentang apa yang akan saya tonton. Katakan saya terlalu terpengaruh tweet si sutradara @jokoanwar, tapi ya itulah saya, terlalu mudah dibuat penasaran. Mungkin saya juga terlalu mudah disenangkan, asal berkaitan dengan tari dan musik yang memang saya cintai, sudah pasti saya langsung tertarik.

Demi mengantisipasi antrian, saya sudah tiba di lokasi sejak 1 jam sebelumnya. Benar saja, masuk ke TIM lumayan mengantri, mungkin juga karena berbarengan dengan para penonton Harry Potter yang sedang booming itu. Pukul 19.30 WIB saya mulai masuk gedung. Banyaknya petugas dan petunjuk tempat duduk amat membantu buat saya yang baru pertama kalinya datang ke Teater Besar TIM.

Saya mendengar suara gong (mungkin 2x) yang dibunyikan sebelum pertunjukan dimulai. Awal pertunjukan saya sempat terganggung dengan banyaknya lampu ponsel yang masih menyala ketika lampu gedung sudah dipadamkan. Kebiasaan buruk masyarakat kita kalau menonton cinema. Tapi, untungnya tidak berlangsung lama, karena akhirnya sepertinya penonton terbius dengan show berdurasi hampir 120 menit.

Secara keseluruhan, saya sangat menikmati pertunjukan ini mulai dari awal hingga akhir. Seperti yang banyak diulas (silakan googling sendiri beragam ulasannya atau cari hashtag #Onrop di twitter), tema cerita ‘Sebuah Komedi Satir Bagi Yang Masih Percaya Akan Kekuatan Cinta’ yang diangkat memang cukup berani, penuh kritik sekaligus sinis, tetapi dikemas menjadi tontonan yang segar dan menghibur. Paduan pemain yang berkualitas, musik dan vocal yang digarap secara detail, koreografi yang tegas, pencahayaan yang baik, set latar yang hidup, crew yang kompak sampai program promosi yang maksimal mampu mendulang sukses besar dalam pertunjukan yang hanya 9 hari ini.

Walaupun sebagai orang awam di dunia teater, ada beberapa alur cerita yang kurang masuk akal bagi saya. Misalnya bagian Bram diadili dan dinyatakan bersalah tanpa ada keterangan saksi. Atau ketika Bram dan Sari harus kissing agar dapat dibuang bersama ke Pulau Onrop, padahal sebelumnya Bram sudah berhasil pergi dari Pulau Onrop menggunakan kapal. Tapi, apalah artinya kebingungan saya kalau secara keseluruhan masih tetap menghibur. Jadi, lupakan saja.

Dari seluruh bagian drama musikal ini, saya ingin memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada sang koreografer Eko Supriyanto (@ekosdance) dan seluruh dancer. Tanpa kehadiran mereka, saya yakin, Onrop akan terasa hambar. Stimulus terbesar sampai akhirnya saya memutuskan menonton Onrop adalah video latihan menari di pinggir pantai yang saya lihat di www.onropmusikal.com . Saya, yang dahulu pernah menari, cukup tahu bahwa untuk membentuk satu gerakan yang sempurna tidaklah mudah. Apalagi membangun stamina untuk terus menari selama hampir 2 jam nonstop jelas memerlukan latihan berbulan-bulan. Oh ya, saya suka sekali bagian Act One – Scene 3 ketika Amir menjelaskan gambaran Pulau Onrop, dimana para dancer menari dari balik layar putih sehingga hanya tampak siluetnya saja. That’s awesome!

Secara singkat, saya setuju dengan pelajaran moral yang diusung Onrop, yaitu toleransi. Kata sederhana yang seringkali diabaikan. Kita sering lupa bahwa sebagai individu, kita berhak memiliki perbedaan dalam hal apa pun, sesuai dengan keyakinan diri masing-masing. Setiap orang seharusnya bisa berlapang dada menerima perbedaan dan menghormati perbedaan itu, tanpa harus memaksakan kehendak. Seandainya setiap orang bisa saling menghormati perbedaan, hidup pasti akan terasa lebih indah dan damai.

Konsep teater musikal (penggabungan drama, tari, musik) masih jarang dipertontonkan di Indonesia, walaupun sepanjang tahun 2010 ini memang sudah ada beberapa yang lebih dulu muncul, misalnya Gita Cinta dan Jakarta Love Riot. Meskipun Onrop bukan yang pertama, menurut saya dialah yang berhasil membangun minat baru para pencinta dan penikmat seni di Indonesia. Saya pun tidak terkecuali, ke depan saya pastikan akan lebih sering menonton drama musikal. Jangka pendek, kita tunggu saja kabar Musikal Laskar Pelangi dan Ali Topan. Jangka panjang, semoga di masa mendatang saya masih bisa menikmati kembali kejeniusan Joko Anwar dalam dunia hiburan yang makin beragam.

Akhirnya, saya berharap akan lebih banyak lagi pertunjukan drama musikal berkualitas yang akan dibuat sebagai alternatif hiburan di Indonesia. Semakin banyak pula perusahaan atau organisasi yang mau mensponsori acara semacam ini supaya harga tiket yang dijual bisa lebih ekonomis dan terjangkau oleh semua kalangan.

Dan saya masih juga bermimpi suatu saat akan dapat meninggalkan pekerjaan sebagai pegawai kantoran dan kembali melanjutkan kesenangan saya, menari.


13 Sep 2010

Think


I need to think
Rethinking
The memories that I never leave behind
The future that remain a mystery
Everything
Which leads me into a destiny



Pictures taken from here

28 Jun 2010

Belajar UL


Duh, sebetulnya berat sekali kalau harus menulis tentang UnitLink (UL). Apalagi sadar kalau produk ini adalah produk yang paling tidak direkomendasikan oleh para Financial Planner di Indonesia. Kenapa berat menulisnya? Karena kebetulan saya pernah bekerja selama >1,5 tahun di salah satu perusahaan asuransi yang katanya paling terkenal di US tetapi akhirnya tumbang juga karena krisis mortgage yang lalu. Hoho..tenang, saya bukan agen asuransi, jadi jangan menyerang saya ya :D

Fiuuhh..harus mulai darimana ya? Rasanya semua sudah dikupas tuntas sama Mas Akbar di blognya :p

Apa sih produk Unit Link? Singkatnya, Unit Link adalah produk asuransi yang menggabungkan layanan asuransi dan investasi sekaligus. Jadi, dengan menjadi pembeli produk UL, seseorang bisa mendapatkan 2 (dua) manfaat sekaligus yaitu perlindungan asuransi dan investasi. Namun, harus selalu diingat, dimana ada investasi pasti selalu ada risiko, walaupun penjualnya kali ini adalah perusahaan asuransi.

Paket ganda tersebut memang terlihat sangat menarik dari luar, apalagi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia yang tidak mau repot belajar atau mencari informasi tambahan. Pertanyaan selanjutnya, kalau memang paketnya menarik, lalu mengapa para FP di Indonesia tidak merekomendasikan produk ini? Sebab berdasarkan hasil hitung-hitungan yang lebih cermat (tanyakan pada Mas Akbar atau tim AFC bagaimana cara menghitungnya, jangan pada saya karena saya bukan ahlinya :p) paket ini tidak bisa memberikan hasil maksimal. Analogi hasil maksimal yang dimaksud bisa dibaca di tulisan Mas Akbar kemudian yang lebih serius disini.

Menurut pendapat saya yang bukanlah siapa-siapa, tidak ada yang salah dengan produk ini. Saya juga tidak ingin terjebak dalam posisi saling menyalahkan antar pihak. Produk UL muncul dengan segala kelebihan dan kekurangannya, dipadu dengan kultur masyarakat Indonesia yang tentu berbeda dengan di US, maka pasti akan ada banyak penyesuaian. Kalau dalam proses penjualannya masih belum sempurna, tentu wajar saja. Saya sebagai seorang yang pernah ada di dalam lingkaran perusahaan asuransi jiwa yang turut menjual produk ini meminta maaf kalau dalam proses penjualannya masih banyak yang tidak sempurna. Tapi, percayalah, merancang training UL dan membentuk agen handal yang paham sepenuhnya berbagai produk asuransi dan investasi di Indonesia sungguh tidak mudah.

Saya sebagai individu dan masyarakat awam juga perlu mengingatkan bahwa kita perlu melakukan introspeksi diri. Apakah kita sudah memiliki ilmu yang cukup untuk memutuskan suatu produk itu layak kita beli atau tidak? Kalau memang wawasan mengenai produk UL ini masih dirasa kurang, ya jangan dibeli dong. Prinsipnya: Uang Anda hanya Andalah yang berhak menentukan akan diapakan :p Coba lakukan riset atau tanya pada yang lebih ahli, baru kemudian memutuskan apakah produk UL ini memang pantas dibeli. Sekedar tips sebelum membeli produk asuransi atau investasi adalah:

1. Baca baik-baik polis atau prospektus atau apa pun informasi mengenainya.

2. Pahami syarat, ketentuan dan sistem produk yang ditawarkan.

3. Jangan ragu menolak dan gengsi bertanya kalau memang tidak mengerti.

Saya sendiri mengakui bahwa pernah membeli polis UL karena tidak enak kalau tidak beli :p Sekarang, setelah saya punya sedikit pengetahuan tentang UL pun, saya bertahan untuk tidak menutup polis saya. Padahal sudah jelas tidak akan maksimal untuk mewujudkan tujuan saya yang ingin mendapatkan return tinggi. Alasan saya mempertahankan polis UL itu semata karena emosional, saya pernah bekerja di perusahaan asuransi yang mengelolanya. Mau protes? Hehe..uangnya kan uang saya, jadi saya punya hak penuh menentukan apa yang akan saya lakukan, tentunya setelah dipikirkan segala risikonya :p

Ah ya, sekali lagi saya membuat tulisan serius begini karena memang masih ingin belajar lebih banyak di #KopdarAFC. Saya masih perlu belajar lebih dalam untuk menambah pemahaman mengenai kelebihan dan kekurangan produk UL ini, supaya saya bisa bersikap lebih bijaksana :D

Buat yang belum sempat hadir, mungkin bisa belajar dulu lewat blognya di www.aidilakbar.com atau follow twitter @AidilAkbar dan @FinCheckUp. Kalau mau mengikuti live tweet kopdarnya juga bisa, tinggal cari hashtag #KopdarAFC di twitter.