Halaman

28 Jun 2010

Belajar UL


Duh, sebetulnya berat sekali kalau harus menulis tentang UnitLink (UL). Apalagi sadar kalau produk ini adalah produk yang paling tidak direkomendasikan oleh para Financial Planner di Indonesia. Kenapa berat menulisnya? Karena kebetulan saya pernah bekerja selama >1,5 tahun di salah satu perusahaan asuransi yang katanya paling terkenal di US tetapi akhirnya tumbang juga karena krisis mortgage yang lalu. Hoho..tenang, saya bukan agen asuransi, jadi jangan menyerang saya ya :D

Fiuuhh..harus mulai darimana ya? Rasanya semua sudah dikupas tuntas sama Mas Akbar di blognya :p

Apa sih produk Unit Link? Singkatnya, Unit Link adalah produk asuransi yang menggabungkan layanan asuransi dan investasi sekaligus. Jadi, dengan menjadi pembeli produk UL, seseorang bisa mendapatkan 2 (dua) manfaat sekaligus yaitu perlindungan asuransi dan investasi. Namun, harus selalu diingat, dimana ada investasi pasti selalu ada risiko, walaupun penjualnya kali ini adalah perusahaan asuransi.

Paket ganda tersebut memang terlihat sangat menarik dari luar, apalagi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia yang tidak mau repot belajar atau mencari informasi tambahan. Pertanyaan selanjutnya, kalau memang paketnya menarik, lalu mengapa para FP di Indonesia tidak merekomendasikan produk ini? Sebab berdasarkan hasil hitung-hitungan yang lebih cermat (tanyakan pada Mas Akbar atau tim AFC bagaimana cara menghitungnya, jangan pada saya karena saya bukan ahlinya :p) paket ini tidak bisa memberikan hasil maksimal. Analogi hasil maksimal yang dimaksud bisa dibaca di tulisan Mas Akbar kemudian yang lebih serius disini.

Menurut pendapat saya yang bukanlah siapa-siapa, tidak ada yang salah dengan produk ini. Saya juga tidak ingin terjebak dalam posisi saling menyalahkan antar pihak. Produk UL muncul dengan segala kelebihan dan kekurangannya, dipadu dengan kultur masyarakat Indonesia yang tentu berbeda dengan di US, maka pasti akan ada banyak penyesuaian. Kalau dalam proses penjualannya masih belum sempurna, tentu wajar saja. Saya sebagai seorang yang pernah ada di dalam lingkaran perusahaan asuransi jiwa yang turut menjual produk ini meminta maaf kalau dalam proses penjualannya masih banyak yang tidak sempurna. Tapi, percayalah, merancang training UL dan membentuk agen handal yang paham sepenuhnya berbagai produk asuransi dan investasi di Indonesia sungguh tidak mudah.

Saya sebagai individu dan masyarakat awam juga perlu mengingatkan bahwa kita perlu melakukan introspeksi diri. Apakah kita sudah memiliki ilmu yang cukup untuk memutuskan suatu produk itu layak kita beli atau tidak? Kalau memang wawasan mengenai produk UL ini masih dirasa kurang, ya jangan dibeli dong. Prinsipnya: Uang Anda hanya Andalah yang berhak menentukan akan diapakan :p Coba lakukan riset atau tanya pada yang lebih ahli, baru kemudian memutuskan apakah produk UL ini memang pantas dibeli. Sekedar tips sebelum membeli produk asuransi atau investasi adalah:

1. Baca baik-baik polis atau prospektus atau apa pun informasi mengenainya.

2. Pahami syarat, ketentuan dan sistem produk yang ditawarkan.

3. Jangan ragu menolak dan gengsi bertanya kalau memang tidak mengerti.

Saya sendiri mengakui bahwa pernah membeli polis UL karena tidak enak kalau tidak beli :p Sekarang, setelah saya punya sedikit pengetahuan tentang UL pun, saya bertahan untuk tidak menutup polis saya. Padahal sudah jelas tidak akan maksimal untuk mewujudkan tujuan saya yang ingin mendapatkan return tinggi. Alasan saya mempertahankan polis UL itu semata karena emosional, saya pernah bekerja di perusahaan asuransi yang mengelolanya. Mau protes? Hehe..uangnya kan uang saya, jadi saya punya hak penuh menentukan apa yang akan saya lakukan, tentunya setelah dipikirkan segala risikonya :p

Ah ya, sekali lagi saya membuat tulisan serius begini karena memang masih ingin belajar lebih banyak di #KopdarAFC. Saya masih perlu belajar lebih dalam untuk menambah pemahaman mengenai kelebihan dan kekurangan produk UL ini, supaya saya bisa bersikap lebih bijaksana :D

Buat yang belum sempat hadir, mungkin bisa belajar dulu lewat blognya di www.aidilakbar.com atau follow twitter @AidilAkbar dan @FinCheckUp. Kalau mau mengikuti live tweet kopdarnya juga bisa, tinggal cari hashtag #KopdarAFC di twitter.

17 Jun 2010

Love You


Love is something you can’t describe
like the look of a rose

the smell of the rain

or the feeling of forever

-Kristen Kappel-

2 Jun 2010

Kopdar AFC 1 : ReksaDana

it's not about how much money you earn, it's about how much money you can save and invest monthly that make you rich. - AFCTips 123 -

Hari Rabu tanggal 26 Mei 2010 pukul 19.00 WIB (mulainya telat sedikit sih :p), alhamdulillah saya berhasil ikutan acara “Kopdar Financial Planner bersama Aidil Akbar” di daerah Senopati. Mestakung juga baik hari itu karena walaupun langit sudah gelap pertanda akan turun hujan, jalanan masih juga bersahabat karena lancar jaya. Senang? Sudah pasti, acaranya dikemas serius tapi santai, dan Mas Akbar ternyata juga pembicara yang sangat baik jadi bisa menghidupkan suasana. Tambah ilmu? Sudah pasti, kalau selama ini hanya membaca blog, versi live-nya jelas jauh lebih seru, yang tidak datang pasti rugi deh (hehe..bikin iri dikit ah :p).

Topik kopdar kali ini tentang reksadana, salah satu instrumen investasi yang katanya FinPlan sih patut dilirik :p Tetapi, sebelum loncat kesana, saya ingin mengingatkan lagi tentang prinsip dasar investasi. Pertama, produk investasi itu tidak dijamin, artinya kita harus siap menanggung sendiri risiko apa pun yang terjadi baik itu untung, rugi atau bahkan hanya impas. Kedua, produk investasi selalu mengandung faktor risiko. Biasanya, semakin tinggi hasil investasi yang akan didapat, semakin tinggi juga risikonya. Bahkan investasi dengan tingkat risiko paling kecil sekali pun, seperti menabung di celengan, tetap ada risiko hilang dibawa maling kan. Jadi, sebelum mulai berinvestasi, siapkanlah mental bahwa tidak ada investasi yang aman. Saran saya pilihlah investasi dengan tingkat risiko yang paling sesuai dengan profil kita.

Saya tidak akan menjabarkan ulang mengenai pengertian reksadana, tapi bagi yang masih penasaran bisa dilihat di blognya Aidil Akbar dan wikipedia. Secara umum, reksadana terbagi menjadi 3 yaitu reksadana terbuka, reksadana indeks dan reksadana terproteksi. Jenis yang paling umum, paling banyak ditawarkan dan mudah direalisasikan adalah reksadana terbuka, yaitu reksadana yang dapat dijual dan dibeli kapan saja. Tidak berhenti hanya sampai disitu, reksadana terbuka bisa dibedakan lagi menjadi 4 macam tergantung dari penempatan dananya. Untuk mempermudah, saya coba merangkum perbedaannya pada tabel berikut.

Berkat kopdar ini juga, akhirnya pertanyaan saya mengenai apa bedanya berinvestasi pada reksadana saham dengan membeli saham terjawab. Pertama, melalui reksadana, dana yang diperlukan untuk memulai investasi lebih kecil dan bisa langsung terdiversifikasi penempatannya. Sementara untuk membeli saham diperlukan biaya lebih besar bila ingin membeli beberapa macam saham yang berbeda-beda. Catatan penting dari Kopdar AFC: untuk mendapatkan hasil yang optimal sebaiknya kita mendiversifikasi penempatan saham ke 10 jenis. Kedua, berinvestasi di reksadana jauh lebih mudah karena kita hanya perlu mencari reksadana apa yang bagus (bisa dilihat dari prospektus dan fund fact sheet), selanjutnya masalah pengelolaan bisa akan menjadi tanggung jawab manajer investasi. Bila membeli saham, sebaiknya kita memiliki pemahaman yang mendalam karena seluruh aspek seperti technical/fundamental analysis (duh, percaya deh bagian yang ini saya juga gak ngerti :p) sebab kitalah yang menjadi manajer investasi atas saham yang kita beli. Bingung? Hehe, saya juga kok, pokoknya saya dan suami bersepakat bahwa segala pengelolaan reksadana (insyaAllah dalam waktu dekat bisa terwujud) akan menjadi tanggung jawab saya, sementara investasi saham itu urusan suami saya yang lebih punya kompetensi (ya iyalah, kalau nggak buang aja tuh ijazah S2 Finance-nya hehe :p)

Jadi, mudah-mudahan cerita saya bermanfaat dan mulailah berinvestasi dari sekarang. Oh ya, kalau mau dapat update lebih lengkap lagi bisa dipantau twitter @AidilAkbar atau @FinCheckUp atau di website www.akbarfinancialcheckup.com atau www.aidilakbar.com