Halaman

22 Nov 2013

[Fiction] Ruined Date

 
Aku udah di lobby. Kamu bisa turun sekarang?

 

Akhirnya kabar yang gue tunggu itu datang juga tepat pukul 20.00 WIB. Sebenarnya gue sudah bisa pulang sejak satu jam yang lalu. Tapi, apa daya ternyata si pacar masih terjebak macet. Sambil merapikan meja, gue mengetik jawaban singkat via WhatsApp.

 

Yup. Give me 5 minutes.

 

Gue terpana selama lima menit melihat tampak belakang si pacar tercinta. Posturnya yang tinggi dan tegap selalu membuat dada gue berdesir. Baik dulu maupun sekarang setelah 6 tahun menjalin hubungan putus-sambung dia masih selalu membuat gue terpesona. He never failed me. Or anyone who sees him.

Hanya dari fisik saja, dia tidak bisa tidak membuat mata para kaum hawa melirik. Apalagi kalau mereka tahu bahwa pacar gue yang luar biasa ganteng ini ternyata juga jenius luar biasa. Apa namanya kalau bukan jenius, bisa lulus cumlaude dari jurusan Teknik Industri dari salah satu universitas negeri berlambang Ganesha, padahal di saat yang sama dia juga drummer andal dari grup band lokal dari Bandung yang sedang naik daun saat itu. Jadi, selain kuliah, dia juga sibuk manggung. Entah kapan dia masih punya waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas. Oh, atau dia memang tidak perlu lagi belajar karena seseorang yang memiliki extraordinary memory katanya sih bisa mengingat gambar, suara dan obyek secara akurat hanya dalam waktu singkat.

"Mara?" Suara yang alpa gue dengar selama 3 bulan terakhir ini sontak membuyarkan lamunan. Beruntungnya gue tidak lupa memberikan senyum paling manis hanya untuk dia.

"Hai, Nik! Kita langsung jalan naik mobil aku kan? Aku parkir di 3A. Yuk!" Dia hanya mengangguk kecil sambil memberi kode menyuruhku jalan lebih dulu. Khas Nikko, pelit kata-kata.

Sejam kemudian gue dan Nikko sudah duduk berhadapan di Tokyo Skipjack; salah satu warung steak di daerah Bulungan, Jakarta Selatan. Kami sengaja memilih meja agak di pojok supaya bisa mengobrol lebih leluasa tanpa harus terbatuk-batuk karena asap rokok pengunjung lainnya.

"Mara! Mara!!" suara pria yang tidak asing di telinga memanggil gue dengan nada ceria. Mendadak gue gugup, berharap semoga tidak ada kejadian tidak diinginkan malam ini.

"Mar, tumben banget nih kita ketemu disini. Gue pikir kita bakal ketemu di bar kayak minggu lalu. Kalau sekarang, lo masih sadar kan? Gak teler kayak kemarin," kata temen gue bernama Victor ini sambil cengar-cengir. Victor kalau ngomong memang tidak pernah disaring dan tidak peduli situasi. Duh, apes banget sih gue ketemu manusia ini disini. Pakai bongkar-bongkar aib kalau gue teler lagi. Gue gak berani melirik Nikko, tapi gue tahu dia menatap gue tajam dengan pandangan bertanya-tanya. Garis mukanya mengeras.

Gue tidak menanggapi pertanyaan Victor dan berusaha mengalihkan topik pembicaraan, "Lo kesini sama siapa, Vic? Sering kesini juga?"

"Tuh, teman-teman gue disana. Habis ini mau lanjut kumpul-kumpul di penthouse-nya Rizal. Lo gak tertarik ikutan? By the way, Denny tanya-tanya tentang lo terus ke gue. Lo gak ada apa-apa kan sama dia waktu kemarin dia nganterin lo pulang?" Saat itu juga rasanya gue ingin menghilang ditelan bumi. Gue lihat Nikko langsung mengubah posisi dari membolak-balik buku menu menjadi bersandar di bangku dan melipat tangan di depan dada. Kenapa Victor harus mengungkit soal Denny?

"Eh, Vic, sudah kenal belum? Kenalkan ini Nikko. Nikko, ini Victor, teman kuliah aku, dulu kita sama-sama jadi penyiar di radio kampus." Lagi, aku berusaha mengalihkan pembicaraan. Nikko dan Victor akhirnya saling tatap dan berjabat tangan ala kadarnya. Mungkin saat itu Victor baru sadar kalau gue sedang tidak sendiri.

            Kencan malam ini akhirnya gagal total. Nikko cuma diam seribu bahasa dan tidak bereaksi. Dia tidak bertanya kenapa gue bisa teler dan pulang bareng Denny, yang tentu saja dia tidak kenal. Nikko mendadak diam seribu bahasa. Setelah Victor meninggalkan meja, dia langsung membayar bill. Nikko memang mengantar gue sampai di rumah, tetapi tidak mampir untuk sekedar memberi salam pada orang rumah seperti biasanya. Di tengah perjalanan dia sengaja sudah menelepon taksi, jadi begitu sampai depan rumah gue dia langsung pulang naik taksi yang dipesannya.

            Tinggallah gue yang bingung harus bersikap bagaimana. Kenapa justru disaat Nikko sudah kembali ke Jakarta, situasinya jadi runyam begini. Ini memang bukan pertama kalinya gue berselisih dengan Nikko. Tapi, kalau diingat-ingat ini adalah pertama kalinya kami berselisih selama setahun terakhir. Entah kenapa perasaan gue tidak enak. Feeling gue bilang masalah ini akan jadi panjang.
 

15 Nov 2013

[IRRC2013 #8] Book Review: Fly To The Sky

 

Sesungguhnya saya sedang tidak ada ide menulis review, apalagi buku ini sudah selesai saya baca sebulan yang lalu. Awalnya memang banyak pertanyaan yang berseliweran di otak, tetapi rutinitas tiba-tiba menguapkan ide saya. Maaf. Walaupun demikian, mari kita coba paksa membuat review dengan pancingan point of discussion yang biasa dipakai klub buku Reight. Boleh ya pinjam poin-poinnya (^^)
 
Berikut adalah point of discussion versi saya setelah membaca Fly To The Sky yang ditulis oleh penulis Gagas Duet: Nina Ardianti dan Moemoe Rizal :
 
1. First Impression
Saya suka sampulnya yang didominasi warna biru dan pink. Biru mewakili tokoh pria yang ditulis Moemoe dan pink mewakili tokoh wanita yang ditulis Nina. Sejak membaca blurb-nya saya sudah jatuh cinta dengan kisah pertemuan yang ditulis dari sudut pandang tokoh pria dan wanita ini. Terlebih karena saya lebih dahulu membaca Restart by Nina, jadi penasaran juga dengan cerita Edyta. Bonusnya, tidak banyak novel yang bisa mengangkat topik aviation. Saya yang sudah kenyang dicekoki anything about aviation with my hubby jadi amat sangat tertarik :p
 
2. How did you experience the book
I really really really enjoyed this book!! For both sides, i love it all!
 
3. Characters
EDYTA: Seperti wanita (yang mengaku) mandiri yang hidup di Jakarta pada umumnya, Edyta memang cerewet dan sloppy. Apalagi habit di keluarganya yang memang memanjakan dia. Wajar kalau Edyta jadi bawel dan cenderung emosian. Tapi, dari Fly To The Sky saya paham bahwa Edyta sebenarnya thoughtful.
 
ARDIAN: Seperti pria (yang mengaku) gentle yang memang hidup mandiri di Jakarta pada umumnya, Ardian luar biasa cool. Ya iyalah..kalau tidak bagaimana dia bisa menjadi pilot yang memang dituntut punya self-controlled tinggi terutama di keadaan mendesak. But hey..kena batunya juga kan, kalau kesempurnaan itu sudah ada di diri pasangan kita, apa asyiknya pacaran ^^v
 
4. Plot
Ehm, apa ya plotnya? Kalau tidak salah sih masuk kategori alur maju. Tidak pentinglah plotnya apa, kalau ceritanya seru ya dinikmati saja :D
 
5. POV
For both sides, pakai POV orang pertama.
 
6. Main idea/theme
Serendipity! Sinetron banget atau film banget. Sudah pernah ada yang buat survey belum sih berapa banyak pasangan yang akhirnya menjadi real couple karena kejadian tidak sengaja bertemu? Penasaran ingin tahu hasilnya kalau ada :)
 
7. Quotes
Please see picture for my favorite quote ^_^ 
 
8. Ending
Fine! I don't wanna say it was Perfect since the writers do not want to continue the stories :p
 
9. Question
- Periode ketika novel ini ditulis mungkin aplikasi BB-nya belum canggih ya? Karena pengalaman saya, walaupun fisik BB hancur, kalau sudah di-back-up by email, begitu email di-push lagi semua contact otomatis restore. Tapi, at the same time BB dua2nya rusak sih ya.. :p
- Insting saya sih bilang kalau restoran Candra Kirana ini ada wujud aslinya. Jadi, alamatnya dimana, kak? Supaya bisa saya datangi, siapa tahu ada yang kesangkut juga :D
- Kak Moemoe punya ID Indoflyer? Mau tahu dong..hahaa..
 
10. Benefits
Saya dapat banyak informasi mengenai dunia perbankan dan aviation melalui novel ini. Kalau Nina memang bekerja di bank, jadi tidak perlu heran dengan segala informasi tentang banking. Tetapi, saya harus bilang risetnya Moemoe untuk aviation keren. Hanya orang-orang yang memang hobi (selain yang memang bekerja di industri penerbangan) yang bisa paham betapa serunya nongkrongin Air Crash Investigation atau menghabiskan waktu berjam-jam menekuni forum Indoflyer. Awesome!
 
Saya akan dengan senang hati merekomendasikan buku ini untuk siapa saja yang sedang butuh bacaan romantis tetapi tidak menye-menye. Semua judul bab-nya dijamin menampar. You must read this book! Yes, you! (^_^)

14 Nov 2013

[Fiction] Morning SMS

Gue tahu, gue bukan satu-satunya manusia di Jakarta yang terjebak kemacetan luar biasa. Gue juga tahu, gue bukan satu-satunya yang merutuk dan memaki di saat gue merasa kondisi lalu lintas ini membunuh gue perlahan-lahan. Gue sudah mencoba semua alternatif transportasi menuju kantor, tapi ujungnya tetap sama. It sucks!
Menyetir mobil pribadi atau disopirin berarti akan terjebak kemacetan tak berujung. Naik taksi berarti ada pembengkakan biaya transportasi yang memaksa gue harus makan siang di warteg selama seminggu. Naik motor di saat cuaca lebih sering hujan begini bisa berarti tambahan biaya membeli obat flu. Naik Commuter Line berarti ada tambahan biaya untuk pijat karena penuhnya yang tidak manusiawi rentan membuat otot keseleo. Naik bus umum atau angkot berarti ujian tingkat kesabaran karena ada saja om-om atau mas-mas genit yang sok SKSD (baca: sok kenal sok dekat). Jadi, apalagi pilihannya?
Gue masih akan mengeluh lebih panjang lagi kalau tidak terdistraksi. Dan akhirnya yang berhasil menghentikan semua keluh kesah gue hanyalah pesan singkat yang tiba-tiba masuk di ponsel.

Aku balik nanti sore. Mau dinner bareng? Hari ini ke kantor naik apa?

Seketika dunia gue menjadi indah dan berseri. Peduli setan sama kondisi jalanan yang bikin sakit jiwa. My lover is back! Gak ada hal lain yang lebih penting daripada ketemu pacar setelah tiga bulan gak ketemu. Kalau jaraknya cuma Jakarta – Bandung seperti zaman kuliah sih tidak masalah. Tetapi, ketika jaraknya menjadi Jakarta – Dubai, mencari waktu yang tepat hanya untuk bertatap lewat skype pun menjadi tantangan tersendiri.

Mau! Tapi hari ini aku bawa mobil. How?

Secepat kilat gue mengetik balasan SMS mengingat sebentar lagi dia pasti sudah boarding. Hebatnya kemacetan Jakarta ini adalah gue bisa multitasking. Sambil menyetir bisa sambil sarapan atau main Candy Crush atau ya sekedar mengetik SMS. Tidak sampai tiga menit, SMS balasan diterima.

I'll come to your office. Just wait. I'm boarding. See you.

Lalu berakhirlah acara berkirim pesan yang super singkat itu. Tidak pernah ada kata-kata romantis seperti I Love You atau I Miss You. Setiap kali gue tanya kenapa, dia cuma berkata bahwa sebuah hubungan serius itu lebih dari sekedar kata-kata. NATO (baca: No Action Talk Only) tidak pernah ada dalam kamusnya. Walaupun pada awalnya gue protes, tetapi tidak ada yang bisa gue lakukan selain pasrah. Gue ikhlas kok menerima asal dia serius sayang sama gue. Oke, mulai berlebihan, sebentar lagi mungkin gue akan menerima lemparan duit dari wanita-wanita se-Indonesia. Jadi, daripada gue mulai mengoceh tak tentu arah, mari kita nikmati sajalah sepanjang hari ini sambil menunggu jadwal kencan nanti malam.

- to be continue -

Note : (catatan motskee supaya tidak lupa :p)
1.     DXB (04.40) – CGK (15.45) à Emirates
2.     CGK (00.15) – DXB (05.35) à Emirates
3.   Selisih waktu Jakarta – Dubai = 3 jam. 4am Dubai = 7am Jkt. 8am Jkt = 5am Dubai.

29 Okt 2013

[IRRC2013 #7] Book Review: Mahogany Hills

Mahogany Hills membawa saya kembali bernostalgia ke masa saya KKN (baca: Kuliah Kerja Nyata :p) di Desa Puraseda, Leuwiliang, Bogor. Saya jadi mengingat kembali bagaimana segarnya udara di pegunungan, menikmati berjalan-jalan di pematang sawah, hidup bersahaja tanpa hiruk-pikuk social media (ya iya karena memang tidak ada sinyal ponsel yang tertangkap :D) dan menghabiskan sisa malam hari hanya dengan mengaji (karena memang hanya itu yang bisa saya lakukan :p).
 
Sebenarnya sudah lama saya mengincar novel yang menjuarai Lomba Penulisan Novel Amore 2012 yang diadakan Gramedia Pustaka Utama ini. Jadi, saya senang ketika buku ini masuk dalam paket Blended LitBox ke-2 yang saya pesan. Mahogany Hills karya Tia Widiana menjadi novel Amore pertama yang saya baca. Tetapi, sampai selesai membaca saya masih belum begitu jelas, lini Amore ini sebenarnya mengkhususkan genre apa? Buat saya, Amore tidak ada bedanya seperti novel romance biasa walaupun jelas bukan kategori Metropop.
 
Menjalani pernikahan dengan seseorang yang memang kita cintai saja, belum tentu mudah. Apalagi bagi pasangan PARAS AYUNDA BAKHTIAR dan JAGAD ARYA ARNAWARMA yang disatukan melalui perjodohan. Mengutip dari kata-kata di bukunya, "..cinta itu sederhana. Cinta adalah memberi, menerima dan memaafkan." Walaupun cinta itu sederhana, tetapi proses menemukan cinta biasanya penuh perjuangan. Proses itulah yang dialami Paras dan Jagad selama mereka tinggal bersama di Mahogany Hills.
 
Saya suka karakter Paras yang smart, tenang dan tegar; selalu berusaha berpikir rasional dan memikirkan dengan baik dampak dari setiap aksinya. Saya juga suka karakter Jagad yang care, baik hati dan setia; walaupun ada saat-saat dia amat keras kepala. Tia membangun karakter tokohnya dengan baik. Tanpa sadar saya terbawa ke dalam cerita dengan alur yang mengalir. Saya diajak ikut merasakan kegetiran Paras dan kebimbangan Jagad.
 
Sudah lama saya tidak membaca buku yang ditulis dengan bahasa Indonesia baku, tetapi tidak kaku dan tetap enak dinikmati. Salut dengan bahasa santun dan pilihan diksi yang digunakan penulis. Pendeskripsian latar tempat Mahogany Hills juga baik.
 
Kalau ada yang terasa 'kurang' buat saya adalah kemunculan mantan-mantan Paras dan Jagad yang ceritanya tidak dieksplorasi, jadi konfliknya terasa kurang greget. Selain itu, peran orang tua dan mertua juga kurang ditonjolkan padahal ada kejadian yang menurut saya cukup penting. Di kehidupan nyata, orang tua dan mertua saya sudah pasti akan panik dengan kejadian yang menyebabkan nyawa saya hampir melayang.
 
Terakhir, saya merekomendasikan membaca buku ini kalau ingin mendapatkan citarasa berbeda selain romansa kehidupan metropolitan.
 

18 Okt 2013

Personality Test

Sebenarnya ini cuma iseng, tapi ya hasilnya lumayan. Daripada hilang tertelan timeline Path, jadi saya post di blog. Lumayan sebagai pengingat untuk saya pribadi :p
 

16 Okt 2013

Your Friends

Create this post while listening to Toss The Feathers by The Corrs makes me miss my Geng Senggol.
Love the girls so much.
 
Dua hari terakhir saya sengaja menjauhkan diri tumpukan novel yang belum terbaca atau drama Asia yang belum sempat saya tonton atau bahkan twitter tempat saya menyalurkan kebawelan saya. Jadi, apa yang saya lakukan? Saya memaksa diri untuk bercermin.
 
"Finally i realized, it's not about challenging job or benefit that makes you stay longer in a company. It's all about Friends and Ambience."
 
Kira-kira begitulah hasil merenung saya. Pada satu titik, saya akhirnya sadar bahwa yang membuat hidup saya lebih berwarna setiap hari adalah sahabat-sahabat saya di kantor. Di tengah gempuran deadline pekerjaan atau problem yang muncul ketika mengerjakan project (almost) impossible, saya mampu bertahan karena ada dukungan dari mereka. Bukan berarti mereka mengerjakan tugas saya, tetapi sekedar obrolan singkat yang bukan melulu pekerjaan, lunch bareng, pelukan ketika diam-diam saya terisak atau sekedar menepuk-nepuk pundak saya ketika saya menerima omelan dari orang lain, ternyata cukup besar pengaruhnya. Menenangkan.
 
Saya bukannya hanya berteman yang 'manis' saja. Beda pendapat dan adu argumen itu biasa terjadi. Bukan hanya sesama rekan kerja, tetapi juga dengan atasan atau tim departemen lain. Bahkan tidak jarang saya mengamuk kepada tim saya kalau deadline report terlewati. Tetapi, selama tidak berlebihan, dikomunikasikan dengan cara yang baik dan tidak terbawa personal, semuanya pasti bisa dilalui dengan lancar. Terlebih bila kultur yang ada di perusahaan dan pihak manajemen memang memberikan ruang gerak yang cukup untuk berekspresi sebebasnya. Wah, itu luar biasa.
 
Jadi, ketika kamu merasa bersemangat berangkat ke kantor bukan hanya sekedar mencari nafkah, tetapi karena ingin bertemu dengan teman-temanmu, maka bersyukurlah. Teman baik atau sahabat sekantor atau office-soulmate itu ternyata tidak begitu saja tersebar di semua tempat.
 
Atau, ketika tanpa sadar kamu sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun di suatu perusahaan dan belum merasa bosan, maka nikmatilah. Itu berarti kita merasa nyaman berada disitu. Sadarilah bahwa lingkungan yang nyaman untuk bekerja itu tidak bisa ditawarkan di semua tempat kerja.
 
Menurut pengalaman saya, bekerja di lingkungan yang nyaman dan dikelilingi teman-teman yang sehati akan membuat kita merasa senang. Happy itu ternyata penting karena biasanya output-nya juga baik, kita jadi bisa memberikan the best performance. Buat saya, happy karena teman dan ambience ternyata memberikan efek lebih besar daripada sekedar challengin job atau benefit package yang menggiurkan. Bukan berarti saya tidak bisa bekerja tanpa teman dan lingkungan yang nyaman. Bisa, tetapi hasilnya tidak maksimal.
 
So, before you decide to move to another company, please look at the mirror. What is your character? What is the most important thing in your life? What are you looking for? Ask yourself and think deeply.
 

14 Okt 2013

Another Chance

 

Semesta itu memberikan banyak pilihan untuk dijalani. Ada kalanya kita bisa memutuskan akan melakukan yang mana dengan cepat dan pasti. Tanpa ragu. Tetapi, ada kalanya kita merasa bingung ketika dihadapkan pada pilihan. Tidak tahu harus memilih yang mana karena merasa takut salah. Takut kalau hasilnya tidak sesuai dengan keinginan.
 
Risiko. Kita kadang lupa bahwa pada setiap pilihan selalu ada risiko. Risiko dengan kadar probabilitas yang beragam. Bisa jadi kita memilih jalan yang sesuai dan paling cepat mewujudkan keinginan. Hingga yang terbentuk adalah rasa puas. Tetapi, apakah itu berarti, pilihan lainnya salah? Belum tentu. Bisa jadi pilihan lainnya justru memberikan hasil yang melampaui keinginan. Kita tidak tahu karena kita tidak memilihnya dan tidak menjalaninya.
 
Lalu, kalau kita merasa tidak puas, apakah itu artinya pilihan kita salah? Menurut saya, pilihan dan apa pun keputusan kita pada awalnya tidak pernah salah. Ini hanya masalah persepsi. Ketika hasilnya mulai terlihat dan kita merasa tidak puas, itu artinya kita mempersepsikan hasilnya jauh dari apa yang kita inginkan. Bukan berarti keinginan kita tidak bisa terwujud. Bisa, tetapi ternyata memerlukan waktu lebih lama. Bisa, tetapi ternyata memerlukan resources lebih banyak. Dan segudang alasan lain yang akhirnya membuat kita menarik napas panjang.
 
Persis seperti yang saya alami sekarang. Pada dasarnya saya bukan risk taker. Itu sebabnya saya perlu waktu lama untuk berpikir sebelum akhirnya memutuskan. Inginnya hasilnya bisa memuaskan. Tetapi, siapa yang menyangka bahwa beberapa bulan kemudian setelah menjalani, hasilnya ternyata tidak memuaskan. Saya merasa salah.
 
Tetapi, saya tidak mau menyesal. Selama saya menjalani, saya belajar mengenal diri saya lebih baik lagi. Saya tetap menjalani hasil keputusan awal saya dengan segala daya yang saya miliki. Saya masih belum mau berhenti mencapai mimpi saya sambil terus berpikir positif.
 
Sampai akhirnya kesempatan lain datang. Ya, sekali lagi saya diberi kesempatan untuk memilih. Dan sekali lagi, saya ingin mencoba menjadi risk taker. Tentu dengan pengenalan diri yang lebih baik dan proses berpikir yang lebih matang, saya juga menjadi lebih kuat.
 
Jadi, izinkan saya sekali lagi memilih. Doakan saya semoga kali ini pilihan saya memberikan hasil yang memuaskan.
 
Semoga. Bismillah..

6 Okt 2013

[IRRC2013 #6] Book Review: Runaway Ran


RUNAWAY RAN yang ditulis Mia Arsjad adalah novel digital pertama yang saya beli melalui gramediana. Dulu sekali saya sudah pernah membaca novel Mia yang lain: DILEMA. Tetapi, hanya itu saja yang saya baca karena buku lainnya kebanyakan bergenre teenlit yang sudah tidak cocok untuk saya.

Biasanya saya selalu jatuh cinta dengan tokoh pria di novel yang digambarkan kaya, ganteng dan baik hati. Khusus di novel ini, saya justru jatuh cinta dengan karakter KATRINA. She's just so women! :p Karakternya menggambarkan sebagian besar wanita metropolitan yang jarang (bahkan hampir tidak pernah) merasakan susah, cenderung manja, hobi belanja, ke salon dan nongkrong di kafe. Walaupun bisa dibilang gaul, tetapi Katrina tidak kebablasan, dia masih memegang teguh prinsip-prinsip ketimuran. Dia juga baik hati, bijaksana dan loyal kepada sahabat. Oke, rasanya semua pujian buat Katrin sudah saya sebutkan.

Bagaimana dengan tokoh prianya? J.F. RAN digambarkan sebagai pria yang ganteng, kaya dan populer. Ya, Ran memang termasuk public figure, tetapi tidak charming. Ran pada dasarnya orang baik, dengan caranya sendiri. Buat orang yang tidak terlalu dekat dengan Ran, dia akan bersikap sinis dan tertutup. Walaupun sebenarnya ada alasan kenapa dia bersikap dingin pada hampir semua orang.

Selain kedua tokoh diatas, ada banyak tokoh lain yang muncul. Yang paling menonjol adalah VIANA, sang public enemy. Lalu ada dua sahabat dekat Katrin, yaitu Alya dan Ina. Mereka bertiga ini kalau sudah kumpul ramainya luar biasa. Jangan salah, yang bisa bergosip bukan hanya wanita. Ran ternyata juga punya tiga orang teman dekat yang semuanya unik, yaitu Gatot, Herman dan Iman. Tetapi, semua keseruan di buku ini rasanya belum cukup kalau tidak ada tokoh Adit.

Walaupun karakter dan interaksi antartokoh seru dan ramai, sebenarnya saya sempat merasa bosan juga. Sampai setengah buku bagian pertama, belum ada konflik yang muncul. Hanya cerita narasi dan teka-teki di sana-sini. Konfliknya terasa kurang menggigit. Akibatnya, penyelesaian konfliknya terasa terburu-buru, terutama kisah hubungan Katrina dan Ran. Ending-nya sih tidak masalah, tetapi proses menuju ending itu yang kurang smooth.

Beberapa bagian juga terasa aneh. Misalnya, sebelumnya diceritakan kalau Ran punya abang, tetapi sampai akhir bahkan di saat-saat kritis sang ibu, tokoh abang ini justru tidak muncul, padahal kerabat lainnya lengkap. Saya juga masih menemukan beberapa typo, walaupun tidak sampai mengganggu.

Overall, saya tetap suka novel ini. Dialognya lucu dan membuat saya jadi senyum-senyum sendiri bacanya. Cover-nya juga unik, cocok dengan isi ceritanya. Selain itu, Mia banyak menyelipkan nasihat-nasihat hidup yang patut kita renungkan, tanpa harus merasa digurui. Runaway Ran recommended buat yang sedang butuh bacaan metropolitan khas metropop.

4 Okt 2013

[IRRC2013 #5] Book Review: Paris - Aline

 
 
 
Note: Gambar diambil dari SINI
 
Ini pertama kalinya saya membaca karya Prisca Primasari. Dan ini juga seri pertama STPC yang saya baca. Kenapa saya memilih Paris? Karena saya amat suka dengan sampul bukunya yang bergaya vintage. Elegan. Cocok untuk menggambarkan kota Paris yang terkenal romantis. Selain itu, Paris sepertinya salah satu seri STPC dengan jumlah halaman paling sedikit. Jadi, mengingat rutinitas saya (ehem!), saya memilih buku yang paling tipis.
 
Sayangnya, nuansa romantis dari sampul bukunya justru bertolak belakang dengan isi cerita. Paris versi Prisca jauh dari kata romantis. Walaupun pada bukunya diselipkan kartu pos bergambar Menara Eiffel yang cantik, tidak ada adegan yang berhubungan dengan gambar itu di buku. Saya jadi sedikit kecewa, karena menurut saya, biasanya sampul buku itu mencerminkan cerita yang ingin disampaikan. Paris versi yang saya tangkap dari isi cerita bergenre teenlit fantasy; lebih mirip dongeng.
 
ALINE OFELI sedang menyelesaikan S2-nya di Paris ketika bertemu dengan AEOLUS SENA. Keduanya bertemu dengan cara yang unik; janji bertemu di bangunan bekas penjara pukul 12 malam. Aline berniat mengembalikan porselen Sena yang tidak sengaja ditemukannya. Selanjutnya, hubungan mereka berlanjut lantaran Sena berjanji untuk mengabulkan 3 permintaan Aline sebagai balas jasa menemukan porselennya.
 
Kenapa saya bilang teenlit? Karena saya tidak merasakan chemistry hubungan dewasa antara Aline dan Sena. Entah mengapa saya merasa plot dan cara berpikir baik Aline maupun Sena masih seperti ABG yang sedang pacaran, malu-malu tapi mau. Aline dan Sena memang saling suka tapi tidak sampai ada bonding yang kuat antara keduanya. Makanya saya bertanya-tanya *SPOILER ALERT* bagaimana Aline bisa menunggu Sena selama 2 tahun yang sama sekali tidak ada kabar beritanya, padahal pada saat itu keduanya masih sama-sama di Paris.
 
Kenapa saya bilang fantasy? Karena yang ada di benak saya ketika membayangkan kediaman Poussin adalah sebuah kastil tua yang megah dan berpagar tinggi, mirip kastil di film-film. Terasa agak dongeng juga ketika saya membaca bagaimana latar belakang keluarga Poussin dan bagaimana mereka berinteraksi. *SPOILER ALERT* Saya juga merasa aneh bagaimana mungkin Sena dan Aline yang disekap di rumah keluarga Poussin bisa meloloskan diri dengan alasan yang sangat mudah. Entah mengapa saya merasa Prisca tampak terburu-buru menyelesaikan konflik.
 
Terlepas dari cerita yang tampak aneh, sebetulnya saya masih bisa menikmati Paris. Saya juga baru tahu dan mulai belajar mengenai tulisan Vignette. Gaya Aline yang membagi ceritanya melalui diari kepada Sevigne juga menarik. Oh ya, saya juga suka dengan ilustrasi yang ada di bukunya.

1 Sep 2013

INFINITE - One Great Step Jakarta 2013

photo by @motskee
Saya masih belum bisa move on dari konser semalam. Hingga saya memutuskan untuk membuat posting khusus tentang konser INFINITE ini. Menuliskan sebelum terlupakan, sekaligus kenangan sepanjang masa yang bisa saya baca ulang ketika saya kangen mereka :p

INFINITE pertama kali datang ke Jakarta, Indonesia, pada waktu Music Bank di Senayan tanggal 9 Maret 2013 lalu. Sejak saat itu memang sudah terdengar kabar bahwa INFINITE akan mengadakan solo concert di Jakarta. Dan terwujudlah harapan semua Inspirit INA dengan konser semalam bertajuk 2013 INFINITE 1st World Tour One Great Step in Jakarta.

Ini bukan konser kpop pertama yang saya datangi. Sebelumnya saya pernah menonton Big Bang Alive Tour 2012 di tempat yang sama, Mata Elang Indoor Stadium (MEIS), Ancol. Jadi, tanpa sadar saya membandingkan dengan pengalaman sebelumnya. Konser INFINITE yang dipromotori Synergism Entertainment (@synergism_Ent) terbilang rapi. Jumlah petugas/security cukup untuk menangani jumlah Inspirit yang datang. Walaupun, tentu saja kita tidak bisa membandingkan jumlah VIP dengan jumlah Inspirit (berdoa, semoga jumlah Inspirit INA semakin banyak supaya INFINITE lebih sering datang ke Jakarta :p) Kemudian, kondisi MEIS bagian dalam juga sudah rapi (bukan konstruksi bangunan belum jadi) dengan penerangan cukup (dulu gelap), jadi bisa difungsikan untuk mengantri menuju pintu masuk (tidak perlu mengantri diluar tangga batu terlalu lama). Tapi, satu yang paling luar biasa, karakter Inspirit yang tertib. Semuanya patuh mengantri dan tidak pakai dorong-dorong. Membuat saya bangga menjadi salah satu keluarga Inspirit. Salute!

Saya harus memuji Synergism yang membuat saya terkesan dengan pengaturan layout hall yang rapi. Sound system yang prima. Ditambah lighting yang maksimal, dipadu dengan video mapping (eh, ini bukan sih istilahnya?) sebagai background panggung. Excellent!

Saya baru tahu konsep fast track disini, dimana pemegang fast track diprioritaskan untuk masuk lebih dulu ke dalam hall. Dengan tambahan biaya, tiket fast track bisa dibeli oleh pemegang tiket seluruh section, kecuali VVIP karena sudah dapat seat number, jadi tidak perlu berebut. Pemegang tiket fast track diperbolehkan masuk hall sejak pukul 17.00 WIB. Kata teman saya (@Hamster_Kim) hampir semua yang masuk ke Festival Dalam section menggunakan fast track. Dari tempat saya memang terlihat kalau Festival Dalam lebih penuh daripada Festival Luar.

Pukul 19.00 WIB saya sudah duduk manis di tempat saya, VVIP row D sambil menikmati MV INFINITE yang diputar. Ini MV biasa yang sering saya lihat di Youtube. Tapi, diputar dan dilihat bersama-sama rasanya luar biasa, ditambah teriakan Inspirit yang cetar membahana :D Pukul 19.50 WIB lampu hall sudah dipadamkan membuat teriakan Inspirit makin kencang. MV terakhir yang diputar adalah Destiny. Kata @Hamster_Kim itu adalah MV Destiny versi A yang ditunda launching-nya karena ada scene pesawat jatuh. Tahu kan kalau versi itu ditunda karena bersamaan dengan insiden kecelakaan pesawat Asiana Airlines? Jadi, sebagai bentuk kepedulian yang di-launched versi B, tanpa scene pesawat jatuh. Sedihnya, saya tidak memperhatikan karena saya pikir itu MV biasa (hiks..). Berapa banyak Inspirit yang sadar bahwa itu adalah Destiny versi A?

Oh ya, konser INFINITE ini diiringi oleh live band jadi hampir semua lagu punya aransemen yang berbeda dengan lagu aslinya. Nice! Set list yang dimainkan di Jakarta, agak sedikit berbeda daripada di Seoul atau Hongkong. Saya akan coba menuliskan set list sesuai ingatan saya. Maaf, kalau ada yang terbalik-balik, kadang-kadang saya jadi amnesia karena terlalu terhipnotis :p
  • Intro : VCR + members action behind the jails. Inspirit mulai histeris disini :p
  • [song-1] Destiny
  • [song-2] Tic Toc
  • [song-3] Paradise : I love their shadow dance as an opening. Dan kaos kutang hitamnya bikin Inspirit jerit-jerit nih disini :D
  • Greeting to fans. Perkenalan masing-masing member pakai Bahasa harus di-appreciate nih :p
  • [song-4] Wings : I love the song & choreography so much :p
  • [song-5] Inception
  • Talking time. I should say Sung Gyu's pronounciation is good. Love it when they're trying to talk in English even though i know that they're reading a cheat sheet :p
  • [song-6] Can You Smile
  • [song-7] I'm Going To You
  • VCR lanjutan film yang menghibur.
  • [song-8] One Third : DJ Sung Yeol dan keyboardist Sung Jong
  • [song-9] Special Girl : INFINITE - H keren banget!
  • Inconvenient Truth MV : super lucu tapi mungkin tidak akan dirilis worldwide karena ya..gitu sih :D
  • [song-10] In The Summer
  • [song-11] I Like You : INFINITE keliling sambil lempar-lempar souvenir bikin jejeritan :p
  • [song-12] Love You Like You : L sukses bikin hati meleleh waktu dia cium2 boneka teddy bear :p
  • [song-13] Beautiful : penasaran siapa ya yang dapat bunga + cincin dari Woohyun di Festival Luar? Coba cek TL-nya @Yemimaa_  :p
  • [song-14] 60 sec : aransemennya lebih slow tapi leader Gyu tetap membius kok.
  • Another talking and chatting time. 
  • [song-15] Pelangi : INFINITE mengajak Inspirit untuk sama-sama menyanyikan lagu Pelangi-pelangi. Mereka lucu tanpa harus dibuat-buat, apalagi Woohyun yang cheerful. Huwaa..gak salah deh pilih dia jadi bias saya :p
  • [song-16] Mom : ada slideshow foto mereka kecil beserta ibu mereka. Ekspresinya Woohyun dan Sung Gyu waktu menyanyi lagu ini total. Jadi ikut terharu.
  • [song-17] Still I Miss You : i love their stage composition here plus fanchant kita juga terdengar jelas di lagu ini.
  • Another VCR dengan fokus L
  • [song-18] Nothing's Over
  • [song-19] Entrust : they're very energetic with endless jumping here and there.
  • [song-20] Cover Girl
  • [song-21] Be Mine
  • [song-22] Before The Dawn (BTD) : dance-nya benar-benar akurat. Love them!
  • [song-23] Man In Love : semoga handbanner-nya terbaca ya..
  • [song-24] The Chaser
  • INFINITE masuk tetapi Inspirit masih teriak We Want More terus Encore terus Dorawa. Semualah diteriakin :p
  • [song-25] Come Back Again
  • [song-26] Hysterie
  • Closing chat. Mukanya sih pada sedih tetapi tidak ada yang benar-benar menangis sampai video Inspirit diputar sepertinya :p
  • Celebrate SungYeol and SungJong birthday. SungYeol itu usil, tega-teganya mukanya SungJong dilumuri coklat. Tapi nanti di-lap sama Woohyun kok. So sweet..
  • [song-27] With : bertaburan confetti plus semuanya serentak naikin handbanner putih. Yakin terbaca sih sama mereka karena kita kompak. Terharu banget sama momen ini.
Konser selesai tepat pukul 23.00 WIB. Puas tetapi juga belum rela. Sayang, lagu favorit saya She's Back dan Real Story tidak dimainkan. Yang pasti makin cinta sama INFINITE karena mereka semua baik, ramah dan murah senyum. Tidak sia-sia mereka datang dari hari Kamis malam karena staminanya luar biasa oke. Cukup waktu untuk persiapan tampil dan istirahat. Mulai awal sampai akhir gak keliatan capeknya. Semoga INFINITE tetap mau kerja keras dan makin tenar, tapi juga tidak sombong dan tidak kena gosip macam-macam (penting banget nih! :p). Inspirit Indonesia love you so much!!

Mohon maaf kalau saya tidak menyertakan foto atau video di posting ini karena saya memang sama sekali tidak mengambil gambar. Saya penikmat konser sejati yang begitu konser dimulai, saya terlalu asyik mengacungkan light stick dan ikut bernyanyi sambil sesekali loncat-loncat. Tangan kiri saya memang memegang HP, tetapi hanya untuk baca contekan fanchant yang tidak sempat saya hafalkan :p Tetapi, jangan sedih, foto dan videonya bertebaran di akun @infinite7soul atau @inspiritINA atau @InfiniteUpdates atau @ifnt7ID dan banyak akun lainnya. So, please check their timeline.

Terakhir sekali, kalau saya boleh protes dan menghimbau. Saya masih melihat ada yang pindah seat number di VVIP. Saya lihat lho mbak di VVIP C71 pindah ke A66. Akhirnya, jadi diikuti oleh banyak yang lain untuk pindah-pindah. Buat saya, apa pun alasannya itu CURANG! Percuma beli tiket VVIP yang paling berkelas kalau tidak tahu bagaimana beretika. Sebenarnya ada petugas yang melihat, tetapi mungkin karena memang kosong ya dibiarkan saja. Well, menghimbau saja sih, semoga lain waktu semua fans bisa lebih tertib dan menghormati hak orang lain. Kalau hal yang sekecil itu saja tidak bisa, lalu kapan korupsi bisa diberantas dari negara ini. Please, mari jadikan Indonesia yang lebih baik :) 

Saya mohon maaf kalau tulisan ini tidak bisa memuaskan semua pihak atau ada informasi yang salah tulis. Ini dibuat semata-mata untuk memuaskan saya seorang :p

28 Agu 2013

[IRRC2013 #4] Book Review: Restart


Akhirnya saya bisa menyelesaikan Restart hanya dalam waktu 2 hari. Buat saya, itu adalah rekor tercepat mengingat saya melakukannya di weekday, bukan weekend. Jadi, praktis saya hanya skip membaca ketika tidur, mandi, kerja dan nyetir. Sisanya baca. Bahkan di dalam penuh sesaknya CommuterLine jurusan Tanah Abang - Serpong, saya masih sempat-sempatnya membaca. Tapi, saya tidak menyesal. Restart is a must read book for somebody who likes reading modern-romance story.

Buku ini adalah buku pertama Nina Ardianti (@ninaardianti) yang saya baca. Berawal dari blogwalking, sampailah saya di situs si penulis DISINI. Saya justru membaca semua cerpen di situsnya lebih dahulu -yang sepertinya semuanya tentang Ilham Fauzi. Berlanjut membaca review di Goodreads yang amazingly everybody gave high rating for this book. Maka tergeraklah saya membacanya. Restart itu tipe buku yang kalau sudah mulai, ya tidak bisa berhenti sampai halaman terakhir.

Sudah tidak terhitung banyaknya pembaca yang mengalami delusional terhadap Fedrian Arsjad. Musisi yang sedang naik daun, handsome dan well educated adalah sederet pesona yang menjadikannya the most eligible bachelor (Ini ada gak sih musisi/artis Indonesia cowok yang kayak gini? Kok saya cuma tahu Cinta Laura dan Gita Gutawa ya? :p) Tanpa sengaja dia bertemu Syiana yang sukses membuatnya diam karena kata-kata sarkastisnya. Selanjutnya adalah perjalanan kisah cinta mereka yang seperti layangan, tarik-ulur, kadang juga terlepas, untungnya masih bisa ditangkap lagi :p Sebagai pelengkap, Syiana dan Fedrian dikelilingi tokoh-tokoh lain yang IMHO semuanya sarkastis (membuat saya berpikir, apakah pergaulan saya terlalu biasa saja sampai tidak sadar bahwa Jakarta dipenuhi orang-orang penuh drama? :D).

Overall, I love Restart. Ceritanya mengalir. Karakter tokohnya dikembangkan dengan baik, plus banyak intermezzo tokoh-tokoh lain disana, membuatnya makin menarik. Konfliknya juga oke. Hanya masalah debat sarkastis hampir di semua tokoh yang buat saya agak berlebihan. Atau mungkin itu yang terjadi di lingkungan banker biru-kuning? Haha..kayaknya sih nggak juga ya karena beberapa teman saya disana justru kalem, feminin. Jadi, saya akan menganggapnya sebagai itulah ciri khas Nina. Lebay dan sarkastis itulah yang membedakan buku Nina dengan buku-buku Ika Natassa yang insightful atau Aliazalea yang lebih kalem.

Hal lain yang saya tangkap, this book is framing Jakarta lifestyle. Starbucks. SCBD. Senayan City. Harrier. Grand Indonesia. Oh yeah, gak yakin sih kalau pembaca di pelosok indonesia sana bisa paham apa itu Kate Spade atau Erdinger :p Bahkan, saya yang harusnya sih gak kuper-kuper banget, masih harus googling untuk tahu apa itu Diane James dan Preston Bailey :p But anyway, saya suka selera musiknya Nina. Pembatas antarbab-nya oke banget. Sukses membuat saya memainkan ulang lagu-lagunya Fastball, Melee, Gabrielle, The Script, Jason Mraz sampai One Republic. Yakin deh anak-anak generasi 2000-an belum tentu tahu Out Of My Head by Fastball itu lagunya yang mana :p

Oke, sekarang bagian protes-protesnya. Mari kita buat pointer saja :
  • Saya menghitung lho berapa kali Nina menulis, 'membetulkan bag strap yang turun' atau 'drop dead gorgeous', dan itu lebih dari 3x. Mungkin saya harusnya bisa membawa pulang payung cantik karena terlalu seringnya penggambaran itu :p
  • Terlalu banyak adegan kebetulan. Mulai dari Syiana bertemu Yudha, lalu Syiana bertemu Fedrian. That was too much in real life, isn't it? Teman saya di SCBD bertebaran, tetapi juga tidak sebegitu seringnya ketemu secara tidak sengaja di Grand Lucky atau PP.
  • Saya bertanya-tanya (atau mungkin saya yang missed, i need to check it again), ketika Syiana membuat janji temu dengan Yudha kok bisa-bisanya Fedrian muncul, sepertinya tidak ada penjelasan sebelumnya bahwa Syiana juga akan bertemu Fedrian disitu. Sekali lagi, ketika Bram makan dengan Syiana, tahu-tahu Fedrian juga bisa muncul disana. Padahal ya, katanya Jakarta macet dimana-mana, kok timing-nya bisa pas?
  • Setuju dengan review DISINI dan DISINI bahwa typo di buku ini luar biasa jumlahnya. Guess what? Saya jadi berencana untuk mengecek ke KBBI, artinya acuh apa sih? Kok kayaknya pemahaman saya jadi terbalik-balik. Lalu, artinya Terjam apa juga? Yang ini lupa sih halaman berapa dan kebetulan tidak bawa bukunya, sorry :p
Udah sih itu aja protesnya, daripada penulisnya ngambek gak mau bikin buku lagi, repot kan?! :D

Terakhir, kalau saya boleh memilih karakter mana yang saya paling ingin tahu untuk dibuatkan ceritanya. Saya request kisah cintanya Bram, kakaknya Syiana. Atau kisah cinta Kemal dan Emma. Kalau kisah cintanya Aulia dan Andari, tidak usahlah ya, ujung-ujungnya nanti kebanyakan drama lagi :D

Next, saya baru mau baca Fly To The Sky :p

22 Agu 2013

Menyikapi Pertanyaan Basa-Basi

Akhirnya saya tidak tahan juga untuk mengomentari "pertanyaan basa basi yang jadi basi" versi banyak orang. Apa sih pertanyaan basa-basi?
 
"Oh, masih ngerjain skripsi ya? Tentang apa? Kapan kira-kira selesainya?" Nah, itu deretan pertanyaan basi yang biasanya ditanyakan ke adik-adik mahasiswa tingkat akhir. Terlihatnya luntang-lantung santai berdalih mengerjakan skripsi sementara kuliah pun sudah tidak ada. Yakin deh, gak ada yang lebih membetekan selain diingatkan soal skripsi yang belum menunjukkan tanda-tanda akan segera selesai.
 
Kalau kamu jomblo, bosan kan ya ditanya, "Kok belum punya pacar sih?" atau "Masak sih nggak ada yang tertarik sama kamu, kan sudah mapan?". Yah, tahulah pertanyaan apa yang biasa terlontar ketika kamu sudah dirasa cukup umur tetapi masih juga jadi single. Seringnya, si jomblo akan mengutuk habis-habisan si pemberi pertanyaan dengan alasan selalu mau ikut campur urusan orang.
 
Lain lagi ceritanya kalau sudah menikah. Pertanyaan basinya adalah, "Mana nih kok belum ada momongan? Sengaja menunda ya?" Itu berlaku kalau biasanya baru menikah 1-2 tahun. Kalau sudah >3 tahun belum punya baby juga, pertanyaan usilnya adalah, "Lho, belum ada momongan juga? Kurang usaha kali ya? Kamu kecapekan kerja kali, makanya resign aja." Lebih teganya lagi, kadang ada yang terang-terangan ngomong, "Kalau habis begituan, pantatnya terus diganjal bantal, biar gak keluar lagi."
 
Saya yang mengalami contoh kasus ketiga sering dibuat terperangah dengan komentar orang-orang ini. Saya sendiri sudah melewati 5 kali Lebaran dan melalui pertanyaan yang seringnya bikin bete itu dengan tegarnya. Plus, senyum tidak pernah lepas dari bibir saya. Jadi, walaupun dalam hati pahit, getir, malas menjawab pertanyaan yang itu-itu lagi, dari luar saya tetap happy.
 
Walaupun saya sudah melewati deretan pertanyaan mulai dari contoh kasus satu sampai tiga, saya tidak lantas membenci penanya-penanya itu. Saya mencoba memahami si pemberi pertanyaan dengan selalu berpikir bahwa mereka bertanya karena memang peduli. Mereka ingin tahu kabar saya. Walaupun, somebody said that peduli dengan kepo a.k.a selalu mau tahu urusan orang itu bedanya tipis.
 
Tetapi, lagi-lagi, saya mencoba berpikir positif. Sama seperti kita sebagai korban yang mengharapkan banyak orang care pada kondisi kita dengan tidak menanyakan pertanyaan usil. Kenapa kita tidak membaliknya menjadi seseorang yang memahami bahwa pertanyaan itu memang murni karena mereka peduli, sesuai dengan asas masyarakat Indonesia yang katanya suka menolong tanpa pamrih (katanya pelajaran SD dulu begitu ya :p). Yup, karena ujungnya biasanya mereka akan mengoceh dengan memberikan saran ini-itu, yang kalau mau jujur, sebenarnya sudah pernah kita lakukan, tetapi sayangnya masih gagal juga.
 
Contohnya gampangnya ya saya lagi. Kerabat saya akan menyarankan supaya saya ikut program dokter, itu sudah sering saya lakukan demi dapat momongan. Tante A bilang jangan terlalu capek. Oke, saya pindah kerja yang lebih santai sampai saya berpikir untuk membakar ijazah S2 saya karena pekerjaan saya sekarang bahkan hanya perlu 50% dari kapabilitas yang saya yakin saya miliki. Makan kurma muda, banyak makan sayur, minum kapsul entah apalah, itu juga sudah sering. Cuma bayi tabung saja yang belum dicoba karena saya dan suami masih belum mau menyerah.
 
Intinya, saya cuma ingin mengingatkan baik kepada si penanya-penanya usil maupun kepada si korban penjawab pertanyaan. Saya tahu niat kalian bertanya itu baik, peduli pada kami, tetapi tidak perlu juga kan ditanyakan berulang-ulang. Dan kepada kita yang menjadi korban harus menjawab pertanyaan, ya hormati juga mereka yang bertanya. Tidak perlu kesal dan mengucapkan sumpah serapah, cukup menjawab dengan sopan disertai senyum, kalau perlu minta doa sekalian. Saya yakin dunia lebih indah kalau kita tahu etika bertenggang rasa. Salam damai! ^_^
 

16 Agu 2013

Book Review: Stasiun

Diantara sekian banyak buku yang terpajang di toko buku, judul Stasiun sangat menarik buat saya. Kenapa? Karena stasiun dekat dengan rutinitas saya sehari-hari sebagai pengguna CommuterLine. Ketika membaca sinopsis di sampul belakang pun saya dibuat semakin jatuh hati karena pengalaman Adinda dan Ryan tampak manusiawi bagi kami; Anak Kereta -- AnKer.

Tetapi, jangan terlalu berharap bahwa kisah Adinda dan Ryan akan dirangkai romantis di buku ini. Walaupun dimasukkan dalam kategori novel, tetapi menurut saya belum bisa digolongkan sebagai novel bergenre romance. Sepemahaman saya novel bergenre romance biasanya akan berfokus pada tokoh pria dan wanita, kemudian menceritakan bagaimana perjalanan kisah cinta mereka secara rinci, misalnya mulai dari bertemu, berkonflik sampai akhir dari hubungan itu sendiri. Hal yang semacam itu tidak ada di novel ini.
 
Belakangan saya tahu bahwa penulisnya memang sengaja menulisnya dalam bentuk omnibus, dimana setiap bab dalam buku tersebut sebenarnya bisa dibaca secara terpisah. Saya bukan ahli sastra dan maaf, sudah lupa pelajaran Bahasa Indonesia, jadi saya tidak tahu persis definisi omnibus. Yang saya pahami, omnibus bisa disebut juga kumpulan cerita pendek dengan satu tema yang sama, atau satu penulis yang sama, atau satu tokoh yang sama, atau satu latar yang sama. Beberapa orang biasa menyebut omnibus dengan antologi. Kenapa tidak ada keterangan mengenai omnibus atau antologi di sampul buku, saya kurang tahu dan tidak tahu, "Apakah harus?" Setahu saya beberapa omnibook lainnya juga tidak menuliskan itu di sampul bukunya.
 
Balik ke Stasiun. Tokohnya ada dua orang: Adinda dan Ryan. Latarnya ada satu: Stasiun Bogor. Tema utamanya, menurut saya, adalah menangkap potret kehidupan di stasiun dan kereta yang seringkali terlewatkan dan tidak terpikirkan bahkan oleh saya yang pengguna kereta. Setiap bab berkesan buat saya karena mewakili apa yang saya lihat, dengar, alami dan kadang-kadang renungi ketika saya berkereta. Cynthia Febrina menuliskan dengan sangat baik bagaimana kita seharusnya berempati dengan sesama. Dia memberikan bacaan yang berbeda di tengah menjamurnya (maaf) buku bergenre romance yang ceritanya hanya itu-itu saja. Sebagai pengguna CommuterLine (atau dulu beberapa kali KRL Ekonomi) saya paham betul apa yang ingin disampaikan si penulis. Walaupun beberapa bagian akan terasa 'masa lalu' karena peraturan tarif CommuterLine sekarang sudah berubah dan KRL Ekonomi sudah dihapus.
 
Buat yang tidak tahu atau belum pernah merasakan naik kereta commuter di wilayah Jabodetabek, coba intip foto-foto yang diposting penulisnya DISINI. Itu membantu untuk membayangkan dan memahami situasi yang ingin digambarkan si penulis.
 
Saya sarankan kamu membaca buku ini kalau ingin mendapatkan bacaan dengan tema berbeda, terutama kamu yang ingin kembali mengasah empati yang sudah mulai tumpul. Banyak sekali pelajaran yang bisa saya ambil dari buku ini.
 
Terakhir, saya berharap Cynthia akan melanjutkan kisah Adinda dan Ryan menjadi full romance novel ^_^

12 Agu 2013

[IRRC2013 #3] Book Review: Orang Ketiga

Kesan pertama saya ketika membaca judulnya adalah saya tidak mau membaca buku ini. Saya tidak suka fokus cerita 'Orang Ketiga' karena tidak sesuai prinsip saya yang pemuja single relationship man and women sesusah apa pun hubungan itu. Tetapi, saya beruntung karena bertemu langsung dengan penulisnya -Yuditha Hardini- dalam kesempatan yang tidak terduga. Saya yang mudah penasaran ini jadi tertarik ingin membaca bukunya :p
 
Sosok Anggi -tokoh utama novel ini- digambarkan sangat mudah jatuh cinta pada lawan jenis. Dia juga plin-plan; tidak jelas mencari apa dalam sebuah hubungan, selain sekedar happy. Kalau saja saya tidak punya teman seperti Anggi, pastilah saya sudah menghujat si tokoh ini habis-habisan.
 
Beruntungnya si Anggi ini punya teman penyeimbang, sahabatnya yang bernama Kayla. Sahabat yang selalu mengingatkannya untuk memakai logika dan bersikap wajar, kalau tidak mau dibilang kecentilan. Beruntungnya lagi, si Anggi juga punya Rudi, sosok kakak yang siap sedia melindunginya. Sialnya, si Anggi juga bertemu Angga yang dicintainya setengah mati walaupun bisanya hanya mengobral janji.
 
Novel ini ditulis  dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga. Cara penulisan inilah yang paling tidak saya sukai dari novel ini. Saya tidak suka cara penulis membahasakan tokoh utama. Saya merasa terganggu (sekali) dengan penyebutan 'cowok ini' atau 'cewek ini' yang terkesan kasar di telinga saya (eh salah, maksudnya mata kali ya :p). Saya bukan penulis apalagi ahli sastra, tetapi kalau boleh saya menyarankan penggunaan kata yang lebih halus, cukup menggunakan kata 'dia' atau sebut saja nama si tokoh, Anggi atau Angga.
 
Menurut saya, beberapa bagian tampak terlalu dipaksakan misalnya penggunaan tes psikologi untuk memilih pasangan. Buat saya sih agak terlalu jauh dari realita, karena beberapa teman saya yang juga psikolog (ini latar belakang penulis) biasanya cukup membaca tulisan tangan atau analisis karakter dari tanda tangan saja. Tapi tak apa sih, tidak terlalu mengganggu dan saya tetap bisa menikmati.
 
Overall, dengan alur maju yang digunakan, cerita Orang Ketiga tetap bisa dinikmati. Toh, cerita semacam ini sebenarnya bertebaran dalam kehidupan nyata di sekitar kita. Jadi, kalau ingin tahu bagaimana cara berpikir tokoh Anggi yang membuat saya kesal dan gemas, silakan membaca buku ini :D

10 Agu 2013

Kebiasaan yang Bergeser

Kebiasaan saya adalah tidak bisa menahan diri untuk tidak membeli buku baru. Jangan bayangkan saya akan membaca buku yang 'berat' seperti buku motivasi atau biografi atau pengetahuan populer. Saya hanya membaca novel saja. Titik.

Saya penggemar fiksi. Saya lebih senang tenggelam pada segala hal yang tidak nyata, dengan kata lain, saya senang bermimpi. Buat saya, realita hidup itu sudah cukup rumit, jadi saya merasa perlu menghibur diri dengan bermimpi.

Fiksi yang saya pilih pun spesifik. Saya hanya membaca cerita bergenre roman. Mungkin karena semasa kecil saya terlalu sering membaca kisah seperti Cinderella dan Snow White, makanya saya senang bermimpi yang indah-indah.

Lini Metropop yang diusung Gramedia adalah kesukaan saya. Tetapi saya terkejut sendiri ketika kemarin ke toko buku, dari 4 buku yang saya pilih, hanya 1 yang terbitan Gramedia. Sisa 3 buku lainnya campuran dari penerbit lain macam Gagas Media, Penerbit Haru dan Plot Point. Apakah selera saya berubah? Atau ada tren yang bergeser?

Kiblat saya bukan lagi buku yang diterbitkan Gramedia. Saya menemukan judul-judul lain dari penerbit lain dengan sinopsis cerita yang lebih menarik. Buku-buku yang ditulis oleh penulis-penulis baru ini jauh lebih bervariasi. Sebagai pembaca, saya menikmatinya. Saya turut senang ketika lebih banyak penulis bermunculan. Lebih banyak penerbit yang mau berkembang. Hingga akhirnya industri perbukuan nasional (harusnya sih) lebih maju lagi.

Apakah ada mengalami seperti saya? Ada kebiasaan yang berubah.

*sekedar pikiran random hari ini :p

sent from @motskee BlackBerry®

5 Agu 2013

Cari Jodoh ala Andin

"Jangan lupa ya nanti sore BukBer angkatan di SenCy. Ditunggu!"
 
Berbekal tweet dari akun angkatan, berangkatlah gue menuju Senayan City. Kebetulan lokasinya dekat, hanya beberapa blok dari kantor. Gue sengaja berangkat jam 17.30 dari kantor, daripada sampainya terlalu cepat, belum banyak yang datang, malah jadi bengong. Maklum, lulus SMA sudah 9 tahun yang lalu. Waduh, tua juga ya gue :p
 
15 menit sebelum buka puasa gue sudah sampai di SenCy. Dan benar apa kata gue, manusianya baru 5 orang (itu termasuk gue!). Mengingat peserta yang hadir hanya saling kenal basa-basi tapi tidak dekat, jadilah stok bahan obrolan menjadi sangat minim. Menyesal tadi tidak sempat memaksa Lia --my best friend since senior high school-- untuk datang setelah acara berbuka puasa di kantornya selesai.
 
30 menit setelah berbuka puasa, satu per satu teman-teman semasa SMA-ku ini (ehem!) mulai hadir. Banyak yang sudah mulai berubah, secara fisik. Sementara obrolan masih seperti dulu, masih nyinyir disana-sini plus cela-celaan tiada akhir. Gue sendiri asyik menjadi pengamat. Tidak bermaksud mencari jodoh disini karena saya kenal hampir semuanya. Tapi, ya, karena sudah kepepet usia, kalau ada yang berhasil nyangkut, masa ditolak? Hahahaa..
 
Jabrik. Nama aslinya Irvan, tetapi karena dulu potongan rambutnya selalu jabrik, jadilah dia terkenal dengan nama Jabrik. Sekarang, gue takjub. Rambutnya masih jabrik sih, sedikit, tapi dengan gaya casual dan muka ala model cowok Jepang, sudah pasti bikin cewek-cewek melirik. Sayang, baru saja menikah.
 
Timmy. Sebagai presenter terkenal, wajar kalau mukanya yang paling sering gue lihat di TV. Di TV sih tampak ganteng, dan ternyata aslinya jauh lebih ganteng didukung postur tubuh yang tinggi tapi atletis. Tapi, yang ini kabarnya sedang dekat dengan salah satu news anchor yang juga mantan Putri Indonesia. Oke, bye-bye.
 
Oscar. Gue masih ingat, ini anak dulu bandelnya gak ketulungan. Tukang cabut. Tukang berantem. Sekarang, kerja di multinational oil & gas company. Wow! Boleh banget dijadikan incaran, walaupun tidak tahu sih sudah punya pacar atau belum.
 
Satria. Dulu banget sih gue pernah nge-fans sama dia. Gayanya tenang. Pembawaannya kalem. Tapi kalau udah berantem (maklum ya, sekolah gue jagoannya berantem), jago abis. Dia juga bintang basket. Lanjut kuliah ke ITB dan sekarang kerja di Pertamina. Yuk, coba dilihat lebih dekat. Masalahnya, dia mau atau nggak mendekat ke gue juga :p
 
Sudah ah. Capek! Intinya, walaupun dulu mereka luar biasa bandel, tetapi sekarang teman-teman gue ini semuanya sukses. Bangga lihatnya. Semoga ada satu yang jadi jodoh gue. Siapa gue? Oh ya, gue malah belum cerita gue siapa ya? Baiklah, mari berkenalan.
 
Teman-teman gue biasanya memanggil gue Andin. Bukan orang terkenal, baik dulu maupun sekarang. Bukan pelajar teladan tetapi juga bukan anggota pelajar tulalit. Selesai kuliah di UI, kemudian langsung kerja di perusahaan consumer goods. Di usia gue yang (baru) 27 tahun ini, gue sudah jadi Assistant Manager. Sebenarnya gue menikmati hidup gue, sampai nyokap gue terus-menerus memaksa gue menikah atau gue bakal dijodohin. Duh, dikira masih zaman Datuk Maringgih kali ya pakai dijodohin segala. Jangan sampai deh ya! Jadi, wajar kan kalau gue berusaha punya pacar, alhamdulillah kalau berlanjut ke jenjang pernikahan.
 
Gue bukan pemilih, pun urusan cari calon suami. Maunya sih punya pacar (berdoa semoga bisa jadi calon suami) yang sudah punya pekerjaan yang mapan dengan gaji layak untuk hidup di Jakarta (hidup di Jakarta mahal, admit it!). Tidak perlu terlalu ganteng, tapi juga jangan seperti Tukul. Tidak rewel urusan suku dan ras, walaupun tidak mau pria yang berkulit hitam dengan alasan memperbaiki keturunan :p Last but not least, harus yang seiman supaya besok anak gue tidak bingung harus memilih salah satu. Jadi,kalau kira-kira ketemu cowok yang sesuai kriteria yang gue sebutkan tadi, boleh dong dikenalin ke gue. Oke :D

2 Agu 2013

[IRRC2013 #2] Book Review: Dear Friend With Love

Karina Larasati
Cantik. Modis. Punya fashion line sendiri. Sudah menjomblo selama bertahun-tahun. Memendam perasaan pada sahabat terdekatnya selama 8 tahun terakhir: Rama Adrian.

Rama Adrian
Selalu merasa dirinya paling ganteng dan pahlawan di kehidupan yang lalu. Hobi bergonta-ganti pacar. Jatuh cinta pada Cicit. Sudah bersahabat dengan Karin sejak 8 tahun lalu.

Pria dan wanita yang mengaku bersahabat katanya tidak akan murni menjadi sahabar. Salah satu dari keduanya pasti memendam perasaan. Ide cerita yang sungguh klise. Sudah banyak sekali novel yang mengangkat tema seperti ini. Tetapi, justru dari kesederhanaan ide itulah yang membuat saya tertarik untuk membaca dan mencaritahu seperti apa si penulis akan mengemas tema umum ini.

Ini pertama kalinya saya membaca tulisan Nurilla Aryani, jadi sejak awal saya masih menebak-nebak kira-kira bagaimana gaya bercerita sang penulis. Dan saya amazed. Gayanya bercerita jauh dari membosankan. Saya seperti membaca curhatan atau diary baik dari sisi Rama dan Karin. Ya, buku ini memang menggunakan dua point-of-view. Bahasanya juga lugas dan ringan, sama persis dengan obrolan dan becandaan anak-anak Jakarta kalau bertemu dengan teman-teman dekatnya which is look realistic to me. Bukan hanya itu, tempat makan atau kafe yang disebutkan di novel ini juga kebetulan tempat-tempat yang biasa saya kunjungi, seperti misalnya Sabang 16. Jadi, membaca buku ini seperti memutar film di otak saya karena saya bisa membayangkan seperti apa adegan-adegan yang diceritakan. I like it.

Membaca novel ini tidak perlu waktu lama karena selain ceritanya mengalir dan bertempo cepat, bukunya juga tipis, jadi cukup 2 jam non-stop untuk menyelesaikannya. Saya juga suka gambar sampulnya: simpel tetapi lucu. Menarik. Kalau kamu butuh bacaan singkat dengan cerita yang ringan tetapi tidak membosankan untuk sekedar mengisi waktu luang, saya merekomendasikan untuk membaca buku ini. Buku ini belum menjadi favorit saya dan mungkin akan segera terlupakan (oops! sorry :p), tetapi cukup menghibur.

Terakhir, saya suka ending-nya. Kami para wanita memang biasanya realistis dan (akhirnya) menggunakan logika, bukan melulu perasaan, kalau sudah menyangkut pilihan pasangan hidup, bagaimana pun tengil-nya kita sehari-hari. I love it! ^_^

Note: Buku ini adalah salah satu paket LitBox pertama yang saya pesan.

1 Agu 2013

[IRRC2013 #1] Book Review: Mafia Espresso

Senang berbisnis dengan Anda. Hubungi saya bila ada orang lain yang perlu Anda lenyapkan.
(Mafia Espresso halaman 99)
Saya hanya bisa mengulum senyum membaca kalimat tersebut. Harus saya akui, Sophie Pieters -tokoh utama wanita dalam novel ini- seringkali larut dalam pikiran-pikiran konyolnya sendiri. Bahkan Maggie -sahabatnya- kadang bingung menentukan, apakah Sophie memang memiliki daya analisa yang tajam atau daya imajinasi yang terlalu tinggi. Tetapi, tingkah laku Sophie yang konyol itulah yang justru memikat Antonio Azzaro -pria Italia tokoh utama novel ini- untuk mendekatinya.

Saya sebetulnya kurang suka dengan gambar sampulnya yang kurang meng-Indonesia, walaupun akhirnya saya paham bahwa meski ditulis oleh penulis Indonesia, latar dan tokohnya bukan di Indonesia. Novel yang ditulis oleh Francisca Todi ini sukses menghibur saya saat sedang jenuh. Cerita yang mengalir dan dialog yang jenaka menjadi kekuatan tersendiri dari novel ini.

Sayangnya, dengan plot maju, saya merasa alurnya melambat di bagian pertengahan sehingga saya sempat merasa bosan. Menurut saya konflik antar tokohnya kurang terbangun. Flat. Misalnya bagian Tina -kakak Sophie- yang menjadi sulit dihubungi karena harus bekerja keras sampai kelelahan, alasan kenapa dia harus bekerja sekeras itu seperti kurang masuk akal buat saya. Atau bagian Ray -mantan pacar Sophie- yang dikisahkan amat sangat menyebalkan, tidak tampak sebegitu menyebalkannya untuk saya. Entah kenapa saya merasa karakter tokohnya dibuat serba tanggung.

Satu lagi yang amat saya sayangkan; pendeskripsian latar cerita. Tadinya saya berharap, dengan perjanjian antara Sophie dan Antonio, pembaca akan dibawa berkeliling meng-explore tempat-tempat seru di Belanda. Tetapi, hampir tidak ada deskripsi Belanda di buku ini. Kalaupun ada, hanya yang sifatnya sangat umum. Sayang. Padahal saya ingin lebih banyak tahu tentang Belanda karena belum pernah kesana :p

But overall, i enjoy this book. Antonio's habit who were happy to tease Sophie is really entertaining. I think i should read more romantic-comedy novel to keep me laughing. So, i recommend this book if you are looking for light romantic-comedy story :)

31 Jul 2013

Jung Kyung Ho's FanGirl

"Jadi FanGirl itu gampang, tapi susah dijalani."
  
Itu kata-kata teman dekat saya yang teringat-ingat terus sejak kemarin. Ya, kemarin saya curhat habis-habisan (sampai baterai smartphone beneran habis  :p) di LINE. Curhat apa? Tidak lain dan tidak bukan soal aktor kesayangan saya; Jung Kyung Ho.

Jadi, sejak saya menjadi penonton setia Heartless City (drama Korea), saya jadi die-hard-fans Jung Kyung Ho. Sebenarnya ini bukan pertama kali saya nge-fans aktor-aktor Korea. Dari dulu juga sudah banyak, ada Lee Jun Ki, Go Soo, sampai yang terbaru kemarin Choi Jin Hyuk. Tetapi, saya tidak pernah menjadi die-hard-fans.
Apa sih definisi die-hard-fans ? Kalau kamu senang banget sama seseorang, sampai rela digging informasi apa pun, terus ikutan sedih sampai menangis ketika tahu idola kamu kenapa-kenapa, atau bete ketika idola kamu --yang manusia juga-- itu punya pacar. Nah, itu berarti sudah nge-fans pakai hati -- sumpah, ini kata teman saya, bukan saya.
Katanya, itulah yang terjadi pada saya. Kemarin saya menangis, sedih, waktu baca artikel kalau Jung Kyung Ho menderita back pain --ada istilahnya tetapi maaf, saya lupa. Jung Kyung Ho ternyata mengalami kecelakaan saat pengambilan gambar drama Heartless CIty yang semua adegan action-nya tidak menggunakan stunt. Dengan alasan profesionalitas, Jung Kyung Ho berkeras menyelesaikan proses shooting sampai final episode walaupun selama itu harus menahan rasa sakit dengan painkiller.

Melihat aktingnya di Heartless CIty, saya yakin dia akan menjadi aktor yang baik. Bukan hanya terkenal, tetapi memang bisa berakting. Saya sempat memperhatikan portofolio drama/film yang dipilihnya, hampir semuanya pasti memiliki script atau sutradara yang baik. Saya juga sempat melihat video behind the scene dramanya, dan terungkaplah kalau kepribadian Jung Kyung Ho dalam kehidupan nyata itu cheerful, easy going dan ramah. Berkebalikan dengan perannya di Heartless City yang dingin dan sama sekali tidak pernah senyum.

Jadi, bagaimana seorang saya bisa menolak menjadi die-hard-fans Jung Kyung Ho? Anyway, nge-fans-nya saya ini pasti akan dianggap aneh sama orang-orang yang tidak pernah menjadi die-hard-fans. Pekerja kantoran yang (dulu pernah) menjadi ABG bisa mendadak jadi heboh (baca: nangis, gak mood kerja, pengen guling-gulingan) hanya karena idolanya sakit. Ehm..sounds weird but that's really happen to me :p
Sebenarnya saya tidak sabar menanti project Jung Kyung Ho selanjutnya. Tetapi, karena sakitnya itu, dia memutuskan untuk membatalkan semua aktivitas selama setengah tahun ke depan dan fokus menyembuhkan penyakitnya. Please rest, recover and come back with your new energy Jung Kyung Ho oppa. I'll be waiting for you. ^_^

Note: Tulisan ini dibuat sebagai bagian dari 'Ajakan Menulis Random Setiap Hari' yang digagas @byotenega.

14 Jul 2013

#ProyekMenulis: Kejutan Sebelum Ramadhan


Saya sebetulnya sudah lama menjadi pengikut @nulisbuku di twitter, tetapi memang selama ini lebih banyak pasif. Khusus #ProyekMenulis yang lalu adalah pengecualian, kebetulan saya punya waktu luang untuk menulis, jadilan saya ikut. 

Awalnya, saya hanya tertarik ikut menulis cerpen kategori kolaborasi karena saya tidak cukup percaya diri untuk mengirimkan karya saya pribadi. Cerpen kolaborasi adalah menulis cerpen bekerjasama dengan orang lain. Jadilah saya mencari partner, mulai dari ikut lomba cari partner menulis bersama Mbak Lala, sampai akhirnya coba-coba menyapa sesama penulis yang sedang mencari partner di twitter. Kemudian berkenalanlah saya dengan @ratridp dan @Hantukirei ; my official writing partners. Beruntungnya kami bertiga tinggal di Jakarta (atau Tangerang sih :p), jadi kemarin saat acara #NulisBukuClub di FX bisa ketemu langsung dan officially kenalan :D

Menurut info penyelenggara acara, jumlah cerpen yang masuk untuk kategori perseorangan dan kategori kolaborasi mencapai 800 buah. Tetapi, yang dibukukan hanya 200 buah saja. Sementara yang berhak jadi finalis terbaik hanya 17 dengan 1 pemenang terbaik. Saya sih sudah tidak berharap apa-apa mengingat ini pengalaman pertama. 

Alhamdulillah hasilnya ternyata di luar dugaan. Walaupun belum berhasil masuk jadi finalis terbaik, minimal cerpen saya lolos dibukukan. Cerpen kolaborasi saya yang berjudul 'Titik Nadir di Ujung Sya'ban' ternyata lolos dibukukan di Buku#3. Begitu pula dengan cerpen kategori perseorangan saya yang berjudul 'Life Begin at 30' lolos dibukukan di Buku#8. Kalau mau tahu versi lengkap siapa saja penulis-penulis yang karyanya dibukukan bisa dilihat selengkapnya DISINI.

Oh ya, yang paling penting, royalti hasil penjualan buku ini akan disumbangkan sepenuhnya ke panti asuhan anak-anak yatim piatu. Jadi, kalau ada niat beramal apalagi di bulan Ramadhan ini, jangan ragu untuk segera pesan bukunya ya ^_^

CARA PEMESANAN BUKU :

Silakan email ke alamat: admin@nulisbuku.comdengan subyek email: ‘BELI BUKU KEJUTAN SEBELUM RAMADHAN’ dan menyertakan nama lengkap, alamat, no hp dan judul bukunya. Lalu tunggu reply dari admin Nulisbuku.

Contoh isi email:
Nama: Motskee
Alamat: Jl. Maleo 13 JC 7/42 Tangerang 15229
No HP: 0812965xxxx
Judul buku dan jumlah :
1. Kejutan Sebelum Ramadhan, kategori: perseorangan, buku #8 --> 1 eksemplar
2. Kejutan Sebelum Ramadhan, kategori: kolaborasi, buku #3 --> 1 eksemplar 

Jadi, selamat memesan dan nantikan karya saya berikutnya ^_^

12 Jul 2013

7 Website Favoritku

Browsing sudah menjadi kewajiban yang harus saya lakukan setiap hari. Aktivitas pertama yang saya lakukan ketika PC kantor saya menyala adalah browsing. Mayoritas orang akan masuk ke situs berita (baca: kompas.com; detik.com, dll) untuk mengetahui kabar terbaru. Saya pun tak terkecuali. Tetapi, tentu saja saya juga punya situs-situs favorit yang lain. Coba kita lihat satu-satu :p

1. Dramabeans

Sejak saya menjadi penggemar drama Korea, situs ini menjadi referensi yang paling saya percaya. Situs yang sudah ada sejak 2007 (kalau saya tidak salah ingat) ini dirintis oleh javabeans, kemudian dibantu girlfriday. Saat ini, kontributornya ada beberapa orang dan mayoritas justru tidak tinggal di Korea. 

Informasi mengenai drama terbaru mulai dari sinopsis, calon pemain sampai jadwal tayang semuanya lengkap dibahas disini. Buat beberapa orang yang suka baca recap, saya paling suka cara bercerita di situs ini, ditambah dengan opini penulis-penulisnya yang cerdas (IMHO), kadang memuji tetapi sering 'nyinyir' juga :p Walaupun sempat sekali terkena lawsuit, tetapi tidak menjadi masalah berarti karena fans yang jumlahnya ribuan dan tersebar di berbagai negara bergerak cepat melindunginya.

Beberapa waktu lalu saya bahkan sempat 'kopdar' dengan beberapa pembaca setia dramabeans yang ada di Jakarta. Sayang, peminatnya masih malu-malu jadi tidak bisa berlanjut menjadi acara komunitas yang konsisten. Semoga suatu hari nanti (uhuk,kapan ya? :p) bisa menjadi salah satu komunitas yang oke :)

2. Fimela

Indonesian online fashion and lifestyle magazine. Itu adalah tagline yang diusung fimela. Saya berhenti menjadi pembaca majalah wanita konvensional (baca: majalah edisi cetak) sejak situs ini mulai ada. Fimela menyuguhkan editorial yang menarik menurut saya. Topik yang dibahas mengikuti tren, apalagi karena bentuknya digital jadi informasi yang berputar pun lebih cepat daripada majalah cetak. Informasi yang disampaikan mungkin tidak akan serinci dan selengkap majalah cetak, tetapi informasi awal buat saya sudah cukup. Kenapa? Karena pembaca majalah online seperti saya, biasanya cenderung gemar browsing (bahasa kerennya: lebih melek teknologi :p), jadi bisa mencari informasi rinci lainnya sendiri ^_^

3. Duduk Bersila

Blogger di Indonesia itu amat sangat banyak. Jumlahnya di Bloglovin saya bahkan >100 (sampai mabuk kadang-kadang bacanya :p). Tapi, tulisan mbakdos (nickname si penulis di dunia maya) tidak pernah gagal membuat saya merenung sejenak untuk meresapi isi tulisannya. Mungkin karena latar belakang penulis yang kebetulan dosen psikolog di salah satu universitas swasta di Jakarta, makanya cara berpikirnya cukup sistematis, logis dan tepat sasaran. Ssssttt..mbaknya ini sepertinya cantik lho, kalau baca liputannya (beberapa kali sempat masuk majalah) atau follow ocehan-ocehannya di twitter :p

4. Wanderbites

Saya diperkenalkan ke situs ini justru oleh suami saya. Saya dan suami termasuk pasangan yang doyan makan (lingkupnya masih di Jakarta sih, malah kalau perlu diperkecil lagi menjadi Jakarta Selatan area only :p), makanya kami selalu mencari referensi tempat makan asyik. Foodblogger sekarang juga jumlahnya banyak sekali. Tetapi, blog yang gaya bahasanya sesuai dengan selera saya, tidak banyak jumlahnya. Wanderbites bisa memberikan review yang simpel, tetapi tetap informatif, didukung profesi penulisnya sebagai foodphotograper sehingga mampu menampilkan foto berkualitas. Oh ya, saya sarankan jangan membaca situs ini saat lapar, dijamin bakal makin kelaparan :D

5. Yoris Sebastian

Nah, kalau ini saya yakin sebagian besar orang sudah tahu siapa. Saya memang mengidolakan Yoris, karena menurut saya caranya melihat sesuatu memang lain daripada yang lain. Saya sudah membaca semua bukunya, walaupun sampai sekarang masih terus belajar untuk bisa menerapkan ilmu-ilmunya yang (buat saya) tidak mudah. Seringnya saya tidak konsisten, jadi kembali lagi ke kebiasaan semula dan bermalas-malasan, tidak mau berpikir kreatif. Makanya, membaca tulisan Yoris mengenai berbagai hal dari sudut pandang yang tidak biasa, mengingatkan saya untuk selalu berpikir kreatif. Pekerjaan saya mungkin tidak menuntut sisi kreatif, tetapi (IMHO) pola berpikir kreatif itu penting dan bisa diterapkan di semua hal. Belajar berpikir kreatif paling tidak memberi kontribusi untuk memaksa saya berpikir kritis dalam pekerjaan.

6. Outside Seoul

Saya menemukan situs ini secara tidak sengaja.Tetapi, saya langsung jatuh cinta. Situs ini (lagi-lagi) membahas semua hal yang berkaitan dengan drama Korea. Bedanya, kalau kontributor dramabeans (sepertinya) memang orang Korea yang kebetulan tidak tinggal disana, pengelola situs ini justru seorang American yang menjadi fans kdrama. Membaca pembahasan kdrama dari sudut pandang an American is quite interesting. Amanda, begitu nama pengelolanya, banyak memberikan opini seputar kdrama yang menurut saya insightful. Saya memang penggemar kdrama tetapi jangan bayangkan saya seperti ABG kebanyakan yang hanya tergila-gila kegantengan para pemain prianya (walaupun iya juga sih kadang-kadang :p), tetapi saya lebih tertarik belajar lebih dalam mengenai industri kdrama itu sendiri. Dan tulisan-tulisan Amanda memberikan banyak informasi yang selama ini saya tidak tahu.
 
7. Traveling Cow

Lagi, saya menemukan situs ini secara tidak sengaja ketika saya browsing mengenai daftar toko yang menjual perlengkapan untuk traveling. Sejauh yang saya tahu, penulisnya bekerja sebagai seorang profesional yang memang 'banci pergi', seringnya bersama suaminya tetapi juga sering bersama teman atau keluarganya. Hebatnya, Mbak Vari ini sudah berkeliling ke banyak tempat, bukan hanya di Indonesia tetapi ke berbagai penjuru dunia. Sejujurnya saya iri, bagaimana dia bisa mengatur jadwal agar bisa bepergian tetapi tetap bekerja sebagai seorang profesional :p

Travel blogger itu juga banyak sekali jumlahnya. Tetapi, saya suka membaca tulisan Mbak Vari karena informatif dan gaya penceritaannya pas selera saya. Tidak hanya sisi bagusnya saja yang diulas, tetapi juga pengalaman-pengalaman kurang menyenangkan yang membuat saya lebih aware ketika saya memutuskan untuk mengunjungi tempat tersebut. Dia juga sering menjadi kontributor beberapa majalah travel dan buku traveling.

====================
Ok, website-website diatas adalah favorit saya. Website yang sesuai dengan selera saya. Ingin tahu juga sih, kira-kira apa ya website favoritmu? :p