Dear D,
Sudah lebih dari seminggu aku tidak menulis surat padamu.
Apakah ada rindu yang terselip disana? Apakah ada tanya di benakmu mengapa aku
tak menulis lagi untukmu? Kalau kau pikir aku lelah dan menyerah, kau salah.
Cintaku masih sekuat benteng yang terbuat dari batu cryptonite milik Superman.
Aku keluar kota kemarin. Aku perlu menenangkan diri sejenak
dan jadilah aku menyingkir ke daerah yang sepi. Entahlah itu namanya sepi atau
belum maju, karena resort yang
kupilih hanya bisa diakses naik perahu. Itu pun setelah 3 jam perjalanan dari
bandara. Belum ada listrik, jadi harus pakai generator untuk membuat penerangan sederhana. Kalau listrik saja
belum ada, tidak heran juga kalau disana tidak ada sinyal bukan?
Tapi dengan begitu, aku jadi punya waktu untuk berkaca.
Memutar balik semua hal yang pernah terjadi di hidupku, serta merangkai rencana
apa yang akan kulakukan besok. Lalu aku sampai pada ujungnya, bahwa aku akan
mencoba sekali lagi memperjuangkanmu. Semoga aku tidak terlambat, D. Aku
mendadak ketakutan, D. Aku tahu pasti, rasa hati bisa berubah seiring waktu.
Jadi, kumohon, D, jagalah rasamu sampai aku menujumu.
Tuhan Maha Baik. Dia langsung mendengar doaku. Tebak aku
bertemu siapa? Aku ketemu sepupumu, Matthew, di Changi. Kami sama-sama sedang
menunggu connecting flight. Kami
bercerita banyak sampai akhirnya topik tentangmu muncul juga. Niat baik
biasanya selalu direstui Tuhan, D. Matthew memberiku hint di belahan dunia mana kamu tinggal. Jangan marahi dia ya, D.
Itu semua karena aku memaksanya dan dia tidak tega.
Jadi, tunggu aku, D.
Aku masih merindumu.
-Lana-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar