Halaman

25 Jan 2021

Bersimpuh

Sungguh aku tidak ingat untuk keberapa kalinya kita ribut lagi. Sungguh aku tak paham lagi apa yang membuatmu selalu emosi. Aku tidak paham.

Entah berapa ratus kali aku menuliskan hal yang sama. Meminta maaf. Yang katamu tak berguna. Karena kamu tidak bisa memaafkanku. Padahal aku tidak pernah melakukan hal nista yang melanggar norma, hukum atau agama sekali pun. Jadi, kenapa maafku tak bisa diterima? Kenapa aku tidak bisa dimaafkan?

Katamu hanya chat atau sms saja sudah membuatmu emosi. Maksudmu bagaimana? Sungguh aku tak paham, sayang..

Memang maumu membuangku. Memang maumu membuatku pergi dan menjauh. Karena itu kamu berkali-kali menyakitiku. Dan sungguh aku merasa sakit.

Sakitku di ulu hati. Teremas-remas. Sakitku merasuk ke pikiran. Hingga aku tak bisa lagi fokus kerja. Hingga semua orang bertanya, apa aku sehat? Kenapa suaraku seperti sedang flu? Aku hanya bisa berbohong. Aku tidak flu. Aku hanya menangis terus-terusan. Tidak terbendung. Sakitku sampai aku tak bisa makan dan tidur. Percayalah, sakit ini jauh lebih parah daripada virus, menggerogoti kekuatan fisikku sedikit demi sedikit.

Sungguh aku bersyukur dengan WFH ini. Tak terbayang olehku akan seberapa sering aku menangis di kantor, seandainya aku WFO dan kita ribut. Tak terbayang bagaimana mata dan hidungku selalu sembap. Entah apa yang akan kubilang kalau ada yang bertanya. Atau mungkin aku harus jujur saja, aku sedang ribut.. Dengan siapa? Kamu siapaku? Kamu menolak jadi pacar. Apa bisa kuakui sebagai kekasih? Orang yang kusayang? Sekali lagi aku tidak paham, sayang..

Jangan bilang aku tidak boleh menangis. Karena sama sepertimu yang selalu emosi padaku. Bahkan sms saat ribut pun membuatku menangis. Aku berusaha sekuatku tidak menangis. Tapi tidak bisa. Tidak bisa. Bukan aku tidak berusaha, tapi sakitku butuh pelampiasan. Apalagi yang kubisa selain menangis? Jadi, jangan suruh aku tidak menangis, sayang..

Dengan kemampuan otak seadanya, pikiran yang tak bisa berpikir jernih, hati yang kalut, aku mencoba mengingat semuanya. Semua berawal ketika kamu mulai membatasi aku tidak boleh lagi meneleponmu. Apa yang memicumu? Tak pernah kamu jelaskan. Kamu hanya bilang aku selalu memancing emosimu. Sungguh aku sedih..

Kamu selalu bilang, kamu menyesal kenal denganku. Andai kamu tahu, itu sungguh-sungguh menyakitiku. Seolah kita kenal setahun ini tak berguna. Seolah memori kita tidak pernah ada. Sungguh aku sakit. Setiap kali kamu bilang menyesal kenal denganku, duniaku runtuh. Andai aku bisa punya kekuatan untuk melupakan semuanya.. supaya aku tak merasa sakit.

Oh Tuhan, tolong aku.. aku tidak sanggup lagi. Sakit sekali Tuhan rasanya.. tapi aku juga tidak mampu melepaskan. Tolong aku Ya Allah.. tolong aku..

Tolong aku Ya Allah.. aku bersimpuh padamu Ya Tuhan.. maafkan aku yang memegangnya terlalu erat, hingga tak sanggup melepaskan. Tolong aku Ya Allah.. kuatkan aku.. sabarkan aku..

Aku tidak sanggup merasa sakit lagi. Sakit karena tidak memperjuangkan. Sakit karen ditinggalkan. Sakit karena dikhianati. Tolong aku Tuhan.. tenangkanlah hati ini. Kuatkanlah.. sabarkanlah..

Kumohon padamu Ya Allah.. tenangkanlah hati ini. Redakanlah emosinya. Luruhkanlah marahnya. Tenangkanlah hatiku. Beri hamba kekuatanMu. Beri kami petunjukMu Ya Allah.. jauhkanlah kami dari sifat saling benci dan saling menyakiti. Perbaikilah hubungan ini.

Hamba mohon padamu Ya Allah.. dengarkanlah.. kabulkanlah.. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.. 

With tears,

Hayi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar