Note: Gambar diambil dari SINI
Ini pertama kalinya saya membaca karya Prisca Primasari. Dan ini juga seri pertama STPC yang saya baca. Kenapa saya memilih Paris? Karena saya amat suka dengan sampul bukunya yang bergaya vintage. Elegan. Cocok untuk menggambarkan kota Paris yang terkenal romantis. Selain itu, Paris sepertinya salah satu seri STPC dengan jumlah halaman paling sedikit. Jadi, mengingat rutinitas saya (ehem!), saya memilih buku yang paling tipis.
Sayangnya, nuansa romantis dari sampul bukunya justru bertolak belakang dengan isi cerita. Paris versi Prisca jauh dari kata romantis. Walaupun pada bukunya diselipkan kartu pos bergambar Menara Eiffel yang cantik, tidak ada adegan yang berhubungan dengan gambar itu di buku. Saya jadi sedikit kecewa, karena menurut saya, biasanya sampul buku itu mencerminkan cerita yang ingin disampaikan. Paris versi yang saya tangkap dari isi cerita bergenre teenlit fantasy; lebih mirip dongeng.
ALINE OFELI sedang menyelesaikan S2-nya di Paris ketika bertemu dengan AEOLUS SENA. Keduanya bertemu dengan cara yang unik; janji bertemu di bangunan bekas penjara pukul 12 malam. Aline berniat mengembalikan porselen Sena yang tidak sengaja ditemukannya. Selanjutnya, hubungan mereka berlanjut lantaran Sena berjanji untuk mengabulkan 3 permintaan Aline sebagai balas jasa menemukan porselennya.
Kenapa saya bilang teenlit? Karena saya tidak merasakan chemistry hubungan dewasa antara Aline dan Sena. Entah mengapa saya merasa plot dan cara berpikir baik Aline maupun Sena masih seperti ABG yang sedang pacaran, malu-malu tapi mau. Aline dan Sena memang saling suka tapi tidak sampai ada bonding yang kuat antara keduanya. Makanya saya bertanya-tanya *SPOILER ALERT* bagaimana Aline bisa menunggu Sena selama 2 tahun yang sama sekali tidak ada kabar beritanya, padahal pada saat itu keduanya masih sama-sama di Paris.
Kenapa saya bilang fantasy? Karena yang ada di benak saya ketika membayangkan kediaman Poussin adalah sebuah kastil tua yang megah dan berpagar tinggi, mirip kastil di film-film. Terasa agak dongeng juga ketika saya membaca bagaimana latar belakang keluarga Poussin dan bagaimana mereka berinteraksi. *SPOILER ALERT* Saya juga merasa aneh bagaimana mungkin Sena dan Aline yang disekap di rumah keluarga Poussin bisa meloloskan diri dengan alasan yang sangat mudah. Entah mengapa saya merasa Prisca tampak terburu-buru menyelesaikan konflik.
Terlepas dari cerita yang tampak aneh, sebetulnya saya masih bisa menikmati Paris. Saya juga baru tahu dan mulai belajar mengenai tulisan Vignette. Gaya Aline yang membagi ceritanya melalui diari kepada Sevigne juga menarik. Oh ya, saya juga suka dengan ilustrasi yang ada di bukunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar