Teruntuk D,
Mungkinkah kau ingat juga | Atau kau lupakan semua |
Masa-masa yang indah dulu saat
kita berdua
Sepenggal lirik yang tak sengaja kudengar itu membuatku
terpaksa menghembuskan napas lebih kencang. Siapa juga yang tidak jadi gloomy kalau mendengar lagu itu di saat
masih harus berjuang diantara tumpukan dokumen di sebuah kafe pada malam hari?
Oh, tunggu, biar kutambahkan lagi, aku sedang sendirian dan diluar hujan deras.
Sungguh merana bukan nasibku?
Dulu, tidak akan mungkin aku lembur di kafe seperti ini.
Kamu pasti akan mengoceh, kamu bilang buat apa lembur di kafe kalau masih bisa
lembur di kantor, tidak perlu keluar uang hanya untuk memesan secangkir kopi. Tidak
perlu repot memboyong dokumen dan laptop yang diperlukan untuk lembur. Semalam
apa pun kamu pasti akan menemaniku. Bukan cuma menemani, tetapi juga membantu
memberikan ide-ide cerdas yang kadang tak terpikirkan olehku. Ah, pantas saja
aku hanya bisa menjadi Runner Up Crazy
Think. Aku kalah. Oh, by the way,
biar kuberitahu, tahun ini akulah pemenang Crazy
Think. Akhirnya aku diakui menjadi yang paling hebat, setelah tidak ada
kamu. Ya, tanpa kamu berarti sainganku hilang.
Aku melirik pelayan kafe di ujung ruangan. Tampaknya dia
menikmati sekali lagu Cerita Lalu dari Indra Lesmana. Mungkin karena dia ingin
ceritanya berlalu. Atau dia memang menikmati karena tempo dan liriknya cocok
dengan cuaca hujan diluar? Entahlah. Yang pasti, aku tidak suka lagunya.
Kusesap hot creme
brulee di depanku perlahan, sudah mulai mendingin rupanya. Kamu tentu tahu,
D, aku bukan pencinta kopi. Aku baru memaksa minum kopi sejak aku suka pergi
berdua denganmu. Tanpa aku sadari, aku mulai mengikuti kebiasaanmu. Pergi ke
kafe, minum kopi, lalu menghabiskan waktu minimal 2 jam hanya nongkrong di
kafe. Kadang kita hanya diam dan asyik berkutat dengan laptop masing-masing. Kadang
kita bercerita ramai tentang segala hal. Tentangmu, tentangku, tentang
keluarga, tentang teman, bahkan tentang politik picisan yang kubenci itu. Dan
diantara semua cerita itu, tidak pernah sekali pun kau katakan rahasiamu
padaku.
Aku kecewa, D. Bertahun bersama dan kau menutup rahasia itu
begitu rapat. Kenapa D? Apakah kau pikir aku akan marah kalau tahu? Apakah
pikirmu aku tidak akan bisa menerimanya? Ah ya, mungkin akhirnya kau benar, aku
tidak bisa menerimanya. Aku langsung memutus semua kontak kita.
Dadaku mendadak sesak, D. Tahukah kamu, D? Setiap kali
mengingatmu badanku rasanya lemas. Gabungan antara benci dan rindu. Aku mungkin
membencimu. Tapi aku juga tak bisa melepaskanmu.
Aku masih merindumu.
Memang kini semua tak berarti lagi | Namun jangan kau lepas | Dan kau
lupakan saja.
-Lana-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar