Halaman

5 Feb 2016

Mimpi

Dear D,

Hari ini satu lagi mimpiku terwujud. Ya, mimpiku untuk bisa bekerja di gedung paling bergengsi di kawasan bisnis Sudirman, The Clover. Kantor pusatku pindah kemari.

"Apakah kamu percaya mimpi akan menjadi kenyataan?"

Kujawab, "Ya!"

"Kenapa? Bukankah mimpi hanya bunga tidur?" tanyamu lagi.

Aku tersenyum, lalu menjawab lugas, "Kalau mimpi pada saat tidur, aku tidak pernah ingat apa-apa. Tapi mimpi pada saat aku melamun, tentu saja kuingat jelas. Mimpi saat aku melamun sebenarnya berisi angan-angan. Kamu mau tahu, dulu aku pernah bermimpi kalau setelah lulus kuliah, aku akan jadi eksekutif muda yang bekerja di gedung bertingkat dan setiap hari menyetir mobil sendiri. Mimpiku jadi kenyataan. Jadi, ya, aku percaya mimpi. Karena buatku, mimpi adalah harapan. Selama aku masih mampu, tanpa sadar aku pasti akan berusaha meraih mimpi itu." Reaksimu hanya mengangguk-angguk. Tidak setuju, tapi juga tidak mendebat. Tidak seperti kamu yang biasa.

Apa kamu mau tahu, D? Kini, hampir semua mimpiku itu jadi kenyataan. Waktunya memang tidak bisa kuhitung. Ada yang cepat terwujud, ada yang perlu waktu bertahun-tahun.

Hanya ada satu mimpiku yang belum terwujud, D. Hanya satu. Aku selalu bermimpi kita bisa hidup bersama sampai Tuhan memutus napas hidup kita di bumi ini. Mimpiku itu hampir terwujud, D, ketika kita tunangan dua tahun lalu. Kini..entahlah.

Aku tidak mau berhenti bermimpi, D. Aku tidak akan berhenti bermimpi tentang kita. Tidak peduli perlu waktu berapa lama, aku akan tetap berusaha mewujudkannya. Dimulai dari mulai mencari tahu keberadaanmu. Aku akan mulai mencarimu, karena..

Aku masih merindumu.

-Lana-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar