Halaman

12 Agu 2013

[IRRC2013 #3] Book Review: Orang Ketiga

Kesan pertama saya ketika membaca judulnya adalah saya tidak mau membaca buku ini. Saya tidak suka fokus cerita 'Orang Ketiga' karena tidak sesuai prinsip saya yang pemuja single relationship man and women sesusah apa pun hubungan itu. Tetapi, saya beruntung karena bertemu langsung dengan penulisnya -Yuditha Hardini- dalam kesempatan yang tidak terduga. Saya yang mudah penasaran ini jadi tertarik ingin membaca bukunya :p
 
Sosok Anggi -tokoh utama novel ini- digambarkan sangat mudah jatuh cinta pada lawan jenis. Dia juga plin-plan; tidak jelas mencari apa dalam sebuah hubungan, selain sekedar happy. Kalau saja saya tidak punya teman seperti Anggi, pastilah saya sudah menghujat si tokoh ini habis-habisan.
 
Beruntungnya si Anggi ini punya teman penyeimbang, sahabatnya yang bernama Kayla. Sahabat yang selalu mengingatkannya untuk memakai logika dan bersikap wajar, kalau tidak mau dibilang kecentilan. Beruntungnya lagi, si Anggi juga punya Rudi, sosok kakak yang siap sedia melindunginya. Sialnya, si Anggi juga bertemu Angga yang dicintainya setengah mati walaupun bisanya hanya mengobral janji.
 
Novel ini ditulis  dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga. Cara penulisan inilah yang paling tidak saya sukai dari novel ini. Saya tidak suka cara penulis membahasakan tokoh utama. Saya merasa terganggu (sekali) dengan penyebutan 'cowok ini' atau 'cewek ini' yang terkesan kasar di telinga saya (eh salah, maksudnya mata kali ya :p). Saya bukan penulis apalagi ahli sastra, tetapi kalau boleh saya menyarankan penggunaan kata yang lebih halus, cukup menggunakan kata 'dia' atau sebut saja nama si tokoh, Anggi atau Angga.
 
Menurut saya, beberapa bagian tampak terlalu dipaksakan misalnya penggunaan tes psikologi untuk memilih pasangan. Buat saya sih agak terlalu jauh dari realita, karena beberapa teman saya yang juga psikolog (ini latar belakang penulis) biasanya cukup membaca tulisan tangan atau analisis karakter dari tanda tangan saja. Tapi tak apa sih, tidak terlalu mengganggu dan saya tetap bisa menikmati.
 
Overall, dengan alur maju yang digunakan, cerita Orang Ketiga tetap bisa dinikmati. Toh, cerita semacam ini sebenarnya bertebaran dalam kehidupan nyata di sekitar kita. Jadi, kalau ingin tahu bagaimana cara berpikir tokoh Anggi yang membuat saya kesal dan gemas, silakan membaca buku ini :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar